Wednesday, October 20, 2010

Sungai di Wasior Perlu Dinormalisasi

Manokwari, Kompas - Pembangunan hunian baru di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, sepatutnya diimbangi normalisasi sungai dan pembuatan tanggul di empat sungai yang—tanggal 4 Oktober lalu—mengalirkan material banjir bandang. Ide ini bertujuan melindungi permukiman di sana dari kemungkinan bahaya banjir susulan.

"Secara umum, Wasior adalah daerah rawan banjir dan tanah longsor. Untuk rencana jangka pendek, penting membuat tanggul dan normalisasi sungai," demikian penekanan Kepala Bidang Pengamatan Gempa dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Gede Suantika, Selasa (19/10). Badan Geologi bertugas mengamati dan memberikan rekomendasi terkait kondisi Wasior.

Menurut Gede, ada empat sungai yang harus dinormalisasi dan dibuatkan tanggul, yaitu Sanduay, Miei, Anggris, dan Manggurai. Akibat banjir bandang pada 4 Oktober lalu, lumpur mengendap di sungai dan membuat air mudah meluap saat hujan. Selain itu, bantaran sepanjang sisi sungai pun kini rusak parah.

Guna mencegah banjir susulan, lanjut Gede, pengerukan lumpur dan perbaikan tanggul harus segera dilakukan. Dengan begitu, luapan air tidak lagi menggenangi lokasi perumahan baru.

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah daerah berencana membangun sekitar 1.000 hunian sementara bagi pengungsi di Wasior. Daerah hunian yang diusulkan antara lain Ramiki dan Wandiboi.

"Normalisasi dan pembangunan tanggul sebaiknya secepatnya. Hujan diperkirakan masih akan turun di Wasior hingga Januari 2011," kata Gede mengingatkan.

Rawan

Dari Kandangan, Kalimantan Selatan, dilaporkan, tujuh rumah warga dan satu tempat ibadah di Desa Malinau, Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, yang hancur diterjang air Sungai Kandihin, Senin sore, disebabkan lokasinya berada di titik rawan. Bangunan itu berada di bibir sungai tepat pada bagian yang berkelok sehingga mudah terempas air.

Berdasarkan hasil pemantauan Kompas kemarin siang, rumah-rumah yang hanyut hanya meninggalkan tiang penyangga. Rumah lainnya yang masih berdiri ada yang fondasinya mengalami retak dan ada pula yang bergeser.

Beberapa warga mengatakan, selain tujuh rumah dan satu musala hanyut, satu sepeda motor warga pun hilang terbawa arus. "Sekitar 10 rumah lainnya rusak ringan," demikian warga.

Di kawasan arah hilir, kemarin puluhan rumah di Desa Karang Jawa Muka masih terendam air luapan Sungai Amandit. Hal serupa terjadi di permukiman yang berada di tepian Sungai Tapin, Kota Rantau, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.

Kerugian Rp 200 juta

Masih soal bencana alam, dari Yogyakarta dilaporkan, kerugian materi akibat rumah ambles ke Kali Buntung, Karangwaru Lor, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta, Senin malam lalu, Rp 200 juta. Pemkot Yogyakarta meminta warga yang tinggal di sepanjang bantaran kali waspada mengingat curah hujan masih tinggi.

Rumah permanen dengan tiga kamar tidur itu ambles setelah tanahnya longsor tergerus derasnya arus kali karena hujan mengguyur sejak sore. Penghuni rumah yang cepat menyadari hal itu berhasil menyelamatkan diri sebelum rumahnya roboh.(SY)

0 comments:

Post a Comment