Tuesday, August 24, 2010

My Reporting

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
PPIP 2010 - PROVINSI SULTENG

Desa Pangalasiang & Desa Tonggolobibi, Kec. Sojol, Kab. Donggala
OLEH: SYAFRUDIN SYAFII, S.HUT

LAPORAN PENDAHULUAN

DESA DAMPINGAN:

I. DESA 1 : TONGGOLOBIBI, KECAMATAN : SOJOL, KABUPATEN : DONGGALA

II. DESA 2 : PANGALASIANG, KECAMATAN : SOJOL, KABUPATEN : DONGGALA

I. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN DESA 1

1.1 PENDAHULUAN

PPIP 2010 atau Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 2010 adalah program yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan kemampuan masyarakat miskin melalui pelayanan infrastruktur perdesaan.

Tujuan program pembangunan infrastruktur perdesaan 2010 ini adalah (1) untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan; (2) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan.

PPIP 2010 memiliki sasaran utama antaran lain (1) tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan; (2) meningkatkan kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur perdesaan; (3) meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di perdesaan; dan (4) terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif, terbuka dapat dipertanggungjawabkan serta berkelanjutan.

Dalam pelaksanaannya PPIP 2010 juga menganut prinsip-prinsip sebagai berikut (1) pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah masyarakat; (2) dilaksanakan oleh masyarakat secara terbuka; (3) dapat dipertanggungjawabkan; (4) memberikan manfaat kepada masyarakat secara terbuka.

Komponen program pelaksanaan PPIP 2010 terdiri dari dua poin besar yakni (1) pengembangan masyarakat desa dan (2) membangun kesadaran serta kemandirian masyarakat dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan desanya.

Dengan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” maka olehnya kegiatan PPIP 2010 ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat desa secara partisipatif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta operasi pemeliharaan. Rangkaian kegiatan tersebut akan diorganisir oleh OMS atau Organisasi Masyarakat Setempat yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat desa. Dalam melaksanakan tahapan demi tahapan kegiatan PPIP 2010, OMS akan didampingi oleh fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik. Namun actor pelaksanaan kegiatan PPIP 2010 sesungguhnya adalah masyarakat desa mengingat proses pelaksanaan kegiatan ini akan dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola dan mandiri. Sementara hasil infrastruktur yang terbangun akan dimanfaatkan serta dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat dengan membentuk sebuah lembaga pengelola dan pemelihara atau disebut KPP (Kelompok Penerima dan Pemanfaat).

Secara singkat kegiatan pelaksanaan PPIP 2010 dapat dilakukan dengan tahapan (1) pelaksanaan PPIP 2010 pada desa sasaran adalah swakelola oleh masyarakat dan dilakukan oleh sebuah lembaga local, OMS (Organisasi Masyarakat Setempat); (2) tahap persiapan meliputi kegiatan musyawarah pembentukan OMS, Identifikasi Permasalahan Desa, Penggalian gagasan, pembuatan rencana kegiatan, penyusunan perhitungan anggaran biaya kegiatan; (3) pelaksanaan kegiatan fisik meliputi aktifitas persiapan, pelaksanaan fisik dilapangan, pengadaan material, pengadaan alat dan pengendalian tenaga kerja setempat, serta pengendalian pengeluaran dana, pelaporan dan dokumentasi kegiatan. Nilai bantuan yang diberikan pada masing-masing desa sasaran adalah sebesar Rp.250.000.000,- dengan rincian adalah Rp.245.000.000,- merupakan dana kegiatan fisik; dan Rp.5.000.000,- adalah alokasi anggaran biaya operasional kegiatan guna mendukung aktifitas OMS; (4) musyawarah desa dan laporan pertanggungjawaban kegiatan desa serta serah terima pekerjaan; (5) pengelolaan infrastruktur terbangun oleh KPP.

Program ini akan menuai sukses bila dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari semua lapisan masyarakat desa, sehingga sasaran program yang diharapkan benar-benar dapat dicapai. Peran fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik dalam program ini sangat diharapkan mampu menjadi agen percepatan program bagi OMS yang menjadi representative masyarakat desa sasaran. Akhirnya guna mengawali semua aktivitas program maka bagi semua parapihak yang terlibat baik di tingkat Pusat, Provinsi hingga desa dapat segera melakukan pembenahan niat bagi suksesnya PPIP 2010.

1.2. PROFIL DESA

a. Letak Geografis Desa

Salah satu desa sasaran PPIP 2010 adalah desa Tonggolobibi di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala. Desa ini terletak di pesisir barat Kab Donggala dengan ciri khas wilayah pantai yang landai di sisi utara dan wilayah perbukitan di sisi selatan desa dengan total luas wilayah 10.500 Ha. Sekilas tentang rona wilayah desa Tonggolobibi dapat terlihat pada citra satelit (image) di bawah ini:

Figure 1 Desa Tonggolobibi dalam image Google Earth (2007)

Desa Tonggolobibi terletak di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala, dengan memiliki batas wilayah sbb:

· Utara = selat Makassar

· Timur = desa Siboang

· Selatan = Kabupaten Parigi Moutong

· Barat = desa Pangalasiang

Desa Tonggolobibi terbagi menjadi 7 (tujuh) dusun yakni:

· Dusun Tonggolobibi (dusun 1 dan 2)

· Dusun Taipa (dusun 3)

· Dusun Pesambi (dusun 4)

· Dusun Lantapan (dusun 5)

· Dusun Pala (dusun 6)

· Dusun Semalili (dusun 7)

· Dusun Busogo (dusun 8)

b. Aksesibilitas Menuju Desa

Untuk menuju desa Tonggolobibi relatif mudah yakni dengan menggunakan kendaraan angkutan darat roda dua maupun roda empat (umum dan pribadi) karena terletak di jalan poros trans Sulawesi dengan kondisi jalan aspal hotmix. Jarak transportasi dari ibukota kecamatan Sojol (desa Balukang) ± 28 Km; dari ibukota kabupaten Donggala ± 238 Km dan dari ibukota provinsi di Palu ±207 Km.

Bentangan jalan aspal yang melintasi desa sepanjang 8 Km merupakan sarana perhubungan yang sangat vital bagi masyarakat setempat dan didukung oleh 2 buah jembatan besi/beton didalamnya.

c. Data Kependudukan

Jumlah total penduduk desa Tonggolobibi sebanyak 4.445 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 2.266 jiwa dan perempuan sebanyak 2.179 jiwa. Desa Tonggolobibi memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 991 KK.

Dari aspek pendidikan masyarakat desa Tonggolobibi terdistribusi pada Table 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Distribusi Pendidikan Desa Tonggolobibi

Pendidikan

Jumlah

Tidak Tamat SD

250 orang

Tamat SD

3241 orang

Tamat SLTP

235 orang

Tamat SLTA

87 orang

Tamat Perguruan Tinggi

7 orang

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

Mata pencaharian penduduk desa Tonggolobibi sebagian besar adalah petani sawah dan ladang/kebun yaitu 1701 orang dan nelayan sebanyak 200 orang serta peternak sebanyak 113 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini;

Tabel 1.2 Distribusi Mata Pencaharian Desa Tonggolobibi

Mata Pencaharian

Jumlah

PNS

15 orang

Wiraswasta

85 orang

Tani

1701 orang

Nelayan

200 orang

Jasa

75 orang

Dukun Terlatih

8 orang

Peternak

113 orang

Polisi

5 orang

TNI

1 orang

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

Penduduk desa Tonggolobibi sebagian besar memeluk agama Islam, urutan kedua agama Hindu dan sebagian kecil agama Kristen. Selengkapnya seperti pada Tabel 1.3 berikut;

Tabel 1.3 Distribusi Pemeluk Agama Desa Tonggolobibi

Agama

Jumlah

Islam

4224 orang

Hindu

211 orang

Kristen

10 orang

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

d. Data Potensi Desa (Ekonomi, Sosial, Budaya)

Dari data potensi yang diperoleh dari Pemdes Tonggolobibi, maka perekonomian masyarakat desa banyak di topang dari sector perkebunan (2737 ha) dan persawahan (1383,5 ha). Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.4 Distribusi Penggunaan Lahan Desa Tonggolobibi, sebagai berikut:

Tabel 1.4. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Tonggolobibi

Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Pekarangan

58

Persawahan

1383,5

Perkebunan

2737

Tambak

125

Pekuburan

1

Hutan

1364

Lapangan Olah raga

3,5

DLL

4828

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

Aspek perekonomian lainnya secara rinci dapat dijelaskan pada Tabel 1.5 berikut ini;

Tabel 1.5. Distribusi Sektor Produksi Desa Tonggolobibi

Jenis Tanaman

Komoditas

Luas / Produksi

A. Tanaman Pangan

Padi

900 ha

Jagung

5 ha

B. Tanaman Perkebunan

Kelapa

701 ha

Cengkeh

923 ha

Kakao

1102 ha

Kopi

11 ha

C. Peternakan

Sapi

683 ekor

Kerbau

5 ekor

Kambing

188 ekor

Babi

178 ekor

Ayam

3975 ekor

D. Perikanan

Ikan Air Laut

5 ton/bulan

Ikan Air Tawar

15 ton/tahun

Udang

10 ton/tahun

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

Disamping itu produksi ekonomi tersebut sangat erat kaitannya dengan sarana dan prasarana yang ada di dalam desa Tonggolobibi, khususnya pertanian dan nelayan. Tabel 1.6 menunjukkan data prasarana perdagangan, pertanian dan nelayan yang terdapat di desa Tonggolobibi.

Tabel 1.6. Prasarana Perdagangan, Pertanian dan Nelayan Desa Tonggolobibi

Jenis Prasarana

Jumlah

Pasar Umum

1 buah

Toko

5 buah

Kios

75 buah

Warung

4 buah

Domping

45 unit

Bagang Mini

2 unit

Pukat

50 set

Jala

8 set

Perahu

201 buah

Perahu layar

39 buah

Perahu temple

11 buah

Kapal Motor

1 buah

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

Dinamika masyarakat desa Tonggolobibi dalam kehidupan social sangat erat kaitannya dengan prasarana social yang terbangun saat ini. Tabel 1.7 menjelaskan data prasarana social yang ada di dalam desa, sebagai berikut:

Tabel 1.7. Prasarana Sosial Desa Tonggolobibi

Jenis Prasarana

Jumlah

Rumah Permanen

297 buah

Rumah Semi Permanen

457 buah

Rumah Papan

112 buah

WC Perorangan

621 buah

Sumur Pompa/Gali

359 buah

TK

1 buah

SD

4 buah

SLTP

1 buah

SLTA

-

Puskesmas Pembantu

1 buah

Mesjid/Musholla

15 buah

Pura

2 buah

Pos Hansip

1 buah

Polindes

1 buah

Kantor Desa

1 buah

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

Sementara itu, masyarakat desa Tonggolobibi juga memiliki rutinitas social berupa kegiatan kelompok masyarakat berupa kegiatan keagamaan. Tabel 1.8 menjelaskan jumlah kegiatan keagamaan yang ada di desa Tonggolobibi, sebagai berikut:

Tabel 1.8. Kegiatan Keagamaan Desa Tonggolobibi

Nama Kegiatan

Jumlah

Taman Pengajian

3 kelompok

Pengajian Kampung

1 kelompok

Yasinan

1 kelompok

Pradah

3 kelompok

Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009

e. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya)

Sesuai dengan hasil koordinasi dengan aparatur desa dan tokoh-tokoh masyarakat serta kelompok-kelompok masyarakat miskin yang ada di desa, maka permasalahan umum yang sering dihadapi pada 3 (tiga) aspek yakni ekonomi, social dan budaya dapat dijelaskan dalam Tabel 1.9.

Tabel 1.9. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya) Desa Tonggolobibi

Permasalahan Umum

Ekonomi

Sosial

Budaya

Infrastruktur jalan kantong produksi yg kurang memadai (rusak dan tidak tersedia).

Sarana pendidikan setingkat SLTA yang masih sulit dijangkau oleh anak-anak desa.

Sarana informasi yang masih belum memadai, missal jaringan telekomunikasi (GSM) guna mendukung transformasi budaya dan ekonomi setempat.

Harga komoditas ekonomi masyarakat yang sangat rendah, akibat adanya pengepul di masyarakat.

Infrastruktur MCK bagi musholla dan majid belum memadai.

Tidak terjadinya transformasi budaya dari kalangan orang tua kepada anak-anak muda di desa utk menjadi sarana pengikat dinamika masyarakat.

Belum optimalnya perangkat koperasi di tingkat desa dalam menjaga stabilitas harga komoditas masyarakat.

Peran serta kaum muda dalam pembangunan desa selalu tersedot kepada arus perkotaan, tidak adanya kader yang menetap di desa.

Kurangnya angka tamatan sekolah SLTA di desa, menjadikan anak-anak desa blm optimal dalam mengisi pembangunan setempat.

Sumber: Diskusi Masyarakat Desa Tonggolobibi, 2010

1.3. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

a. Jadwal Kegiatan di Tingkat Desa

Sesuai dengan hasil koordinasi dan arahan dari Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten pada hari Sabtu, 14 Agustus 2010 di kantor Konsultan 110 Hartz di Palu, maka disepakati Tabel 1.10 Jadwal Rencana Kerja sebagai berikut:

Tabel 1.10. Jadwal Rencana Kerja Fasilitator di Desa Tonggolobibi

Hari/Tanggal

Lokasi

Kegiatan

PJ

16 Agustus 2010

Kantor Camat Sojol

Koordinasi dan penyerahan surat tugas kepada Camat Sojol.

Camat Sojol

17 Agustus 2010

Kantor Desa Tonggolobibi

Koordinasi awal dan penyepakatan jadwal pelaksanaan sosialisasi, rembug persiapan dan musyawarah desa 1.

Kades Tonggolobibi.

18 Agustus 2010

Kantor Desa Tonggolobibi

Sosialisasi Desa dan Rembug Persiapan.

Kades Tonggolobibi.

19 Agustus 2010

Kantor Desa Tonggolobibi

Musyawarah Desa 1 dan Pembekalan OMS terbentuk untuk melakukan identifikasi masalah di tiap-tipa dusun bersama warga dusun.

Kades Tonggolobibi dan OMS.

b. Target Penyelesaian di Tingkat Desa

Hingga akhir Agustus 2010 Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dapat terbentuk dan mampu berfungsi secara baik sesuai ketentuan yang berlaku. Beberapa hal yang diharapkan dari OMS dalam waktu dekat, antara lain:

· Mampu memahami tahapan pelaksanaan PPIP 2010 secara baik (komperhensif)

· Memahami tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan program.

· Melakukan identifikasi masalah bersama fasilitator guna melengkapi tahapan awal pelaksanaan program.

1.4. PENDAMPINGAN PELAKSANAAN

a. Progress Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Desa s/d Bulan Bersangkutan

Untuk wilayah desa Tonggolobibi, tim fasilitator (teknis dan pemberdayaan) telah menyelesaikan tahapan kegiatan hingga pendampingan OMS untuk identifikasi masalah di masing dusun (I-VII). Dimana sebelumnya, tim fasilitator berhasil membentuk OMS (Organisasi Masyarakat Setempat) melalui mekanisme Musyawarah Desa 1. Dan telah menyelesaikan tahapan Sosialisasi dan Rembug Persiapan sesuai dengan jadwal yang ada pada Tabel 1.10.

b. Koordinasi Awal

Untuk mendukung kesuksesan program PPIP 2010 di Desa Tonggolobibi, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala maka tim fasilitator melakukan koordinasi awal dengan pucuk pimpinan kecamatan yakni Camat Sojol Bpk. Drs. Sultani di Desa Balukang. Balukang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sojol menjadi target utama tim fasilitator untuk melakukan koordinasi awal program. Namun, Camat Sojol saat itu belum bisa ditemui di tempat. Hingga akhirnya surat tugas pun diterima oleh pihak secretariat kecamatan untuk dilakukan pencatatan sekaligus melampirkan brosur program PPIP 2010.

Tim fasilitator kemudian meluncur kembali ke Desa Tonggolobibi menghadap Kepala Desa, Bapak Nashiruddin Hi. Nur DJ di rumah kediamannya di jalan poros trans Sulawesi. Tepatnya di dusun Taipa. Koordinasi dengan pihak kepala desa mendapat sambutan yang sangat positif. Menurut beliau, program PPIP 2010 ini sudah sangat dinantikan kehadirannya di desa Tonggolobibi. Beliau juga menyebutkan bahwa pernah beberapa kali didatangi oleh pihak-pihak yang mengaku telah memperjuangkan program PPIP ke pusat. Namun, berkat kesabaran kepala desa menghadapi para tamu “asing” maka hal tersebut tidak mendapatkan tempat bagi para pahlawan kesiangan yang datang padanya. Para tamu “asing” tersebut menjanjikan adanya potongan dana terhadap program PPIP ini. Kondisi tersebut terjawab saat tim fasilitator menghadap membawa surat tugas dari PPK Provinsi Sulteng kepadanya. Beliau bersyukur telah berhasil terhindar dari bujuk rayu sang tamu “asing” yang pernah datang kepadanya.

Dengan sigap kepala desa segera mengumpulkan sekdes dan anak buahnya untuk melakukan rapat koordinasi guna membahas kebutuhan tahapan program yakni Sosialisasi Desa. Undangan pun segera ditullis kepada sebagian besar wakil-wakil dusun dari mulai dusun I hingga dusun VII; Badan Perwakilan Desa; LMD; tokoh-tokoh masyarakat; dan tak lupa menginstruksikan untuk mengundang perwakilan perempuan didalamnya. Undangan disebarkan sebanyak 50 orang dan melampirkan brosur program didalamnya.

c. Sosialisasi

Pelaksanaan sosisalisasi PPIP 2010 desa Tonggolobibi dilakukan di kantor desa pada 18 Agustus 2010. Dihadiri oleh kurang lebih 30 orang. Kehadiran peserta ini disebabkan oleh situasi desa saat ini sedang musim tanam padi di sawah ditambah dengan situasi warga yang sedang menunaikan ibadah puasa. Namun, hal tersebut tidak membuat surut niat tim fasilitator dan kepala desa untuk menyampaikan banyak hal tentang PPIP 2010.

Pembukaan rapat sosialisasi disampaikan oleh bapak kepala desa Tonggolobibi sekaligus memimpin rapat. Tim fasilitator menempatkan diri selaku narasumber bagi penjelasan tahapan program, apa dan bagaimana PPIP 2010. Poin swakelola program dengan prinsip dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat menjadikan program ini disambut dengan antusias warga peserta rapat saat itu.

Saat sesi diskusi Tanya jawab, salah satu peserta menanyakan tentang mekanisme pelaksanaan di lapangan: Apakah program PPIP 2010 ini mengijinkan adanya penggunaan alat berat dalam pelaksanaannya ?

Hal ini kemudian dijawab oleh narasumber bahwa pada prinsipnya penggunaan alat berat dapat dilakukan dengan cara sewa alatnya saja. Tidak ada kontraktual terhadap pekerjaaan yang ada. Sebaiknya sebelum memutuskan penggunaan alat berat maka OMS dan fasilitator teknik telah memperhitungkan dengan matang kelayakan penggunaan alat berat tersebut.

Penandatangan Pakta Integritas yang menjadi salah satu poin penting dalam pelaksanaan Sosialisasi Desa di Tonggolobibi. Sebelum ditandatangani oleh parapihak maka tim fasilitator selaku narasumber membacakan maksud dan tujuan dari poin-poin Pakta Integritas tersebut kepada peserta sosialisasi. Beberapa diantara peserta merasa optimis dengan program ini karena adanya penandatanganan Pakta Integritas ini. Diawali oleh Kepala Desa Tonggolobibi menandatangani Pakta Integritas untuk program PPIP 2010 dan dilanjutkan dengan perwakilan BPD dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dalam penandatanganan tersebut, kolom pejabat camat akan ditandatangani saat nanti OMS terbentuk menghadap ke Camat Sojol di Balukang. Ketidakhadiran camat dalam sosialisasi ini dikarenakan beliau mendapat tugas rutin dari Bupati Donggala.

Tahapan sosialisasi kali ini menghasilkan pemahaman yang baik kepada para peserta yang hadir terhadap tahapan proses program; keterlibatan masyarakat desa dalam program; tugas dan fungsi OMS; jenis-jenis infrastruktur yang diperbolehkan oleh program. Hal tersebut disampaikan oleh narasumber dalam hal ini tim fasilitator (teknik dan pemberdayaan).

d. Rembug Persiapan

Kegiatan ini merupakan tahapan selanjutnya setelah Sosialisasi Desa yang dilakukan pada pagi hingga siang hari tanggal 18 Agustus 2010, maka sore harinya dilakukan rembug persiapan bagi pembentukan OMS pada esok harinya. Beberapa kandidat disiapkan oleh kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat untuk menawarkan nama-nama yang akan ditetapkan sebagai OMS. Kriteria dan persyaratan telah disampaikan saat sosialisasi desa bagi wakil masyarakat yang akan duduk sebagai OMS nantinya. Syarat minimal adalah calon wajib bisa baca tulis, dan memiliki kemampuan diatas rata-rata (bila memungkinkan) untuk memudahkan pelaksanaan program.

Pada rembug persiapan ini menghasilkan sejumlah nama calon pengurus OMS desa Tonggolobibi. Ada lima nama warga masyarakat yang akan terlibat ditambah dengan satu orang calon kader desa sesuai dengan petunjuk pelaksanaan PPIP 2010. Termasuk didalamnya unsure perempuan untuk memastikan adanya keterwakilan perempuan dalam OMS.

e. Musyawarah Desa I

Pada tanggal 19 Agustus 2010, tim fasilitator bersama aparatur desa Tonggolobibi melaksanakan Musyawarah Desa 1 di kantor desa setempat. Undangan yang disebarkan sekitar 50 orang dan terealisasi peserta hadir kali ini adalah sejumlah 30 orang.

Tim fasilitator sekaligus narasumber dalam pertemuan ini membacakan tugas dan fungsi OMS dalam pelaksanaan PPIP 2010. Diharapkan hal ini akan dapat diketahui bersama tentang mekanisme kerja tim OMS bersama fasilitator (teknik dan pemberdayaan) serta parapihak di desa/kecamatan/kabupaten.

Penetapan dan pemilihan pengurus OMS menggunakan mekanisme musyawarah mufakat dengan menampilkan 5 nama warga desa Tonggolobibi yang telah diusulkan sebelumnya. Hadirin peserta rapat setuju atas wakil-wakil yang ditawarkan. Selanjutnya, mereka melakukan pemilihan ketua; sekretaris dan bendahara. Dan menyepakati nama-nama pengurus inti OMS Desa Tonggolobibi, sebagai berikut:

· Ketua = Sarmin, SE

· Sekretaris = Iskandar

· Bendahara = Ni Wayan Setiasih

Selanjutnya, surat keputusan pembentukan OMS desa Tonggolobibi pun ditandatangani oleh Kepala Desa, yakni Bpk. Nasruddin HM. Nur DJ. Tim fasilitator kemudian mengantar diskusi untuk menyusun dan menyepakati rencana tindak lanjut bagi OMS terbentuk. Rencana tindak lanjut pengurus OMS Desa Tonggolobibi, sbb:

Kegiatan

Lokasi

Waktu

PJ

Kebutuhan

Menyiapkan secretariat dan papan informasi program

Dusun Tonggolobibi

19-21 Agt

Ketua OMS

Papan tripleks, ATK

Melakukan rapat koordinasi dengan fasilitator (rutin)

Secretariat OMS

19-23 Agt

Ketua OMS

Buku Petunjuk Pelaksanaan PPIP 2010

Melakukan pendataan warga miskin (data sekunder), dan identifikasi masalah tiap dusun.

Kantor Desa

19-25 Agt

Ketua OMS dan Kader Desa

ATK, Undangan wakil-wakil dusun.

f. Identifikasi Permasalahan

Kegiatan identifikasi permasalahan akan dilakukan secara parallel dengan kegiatan awal di Desa Pangalasiang. Tim fasilitator menyiapkan strategi untuk pembekalan tim OMS yang akan bekerja melakukan identifikasi permasalahan. Diantara melakukan koordinasi dengan fasilitator PNPM Mandiri desa Tonggolobibi guna mendapatkan data hasil-hasil pengkajian desa sebelumnya. Serta menyiapkan data warga miskin (Pra KS dan KS1) yang dibantu oleh pihak pemerintah desa.

Pendampingan terhadap hal ini dilakukan oleh fasilitator pemberdayaan dan memastikan format yang diperlukan dalam tahap identifikasi ini dapat terisi nantinya. Data tersebut akan menjadi bahan diskusi dalam Musyawarah Desa II guna menentukan usulan-usulan masyarakat dalam program PPIP 2010.

Hasil sementara dalam usulan yang saat ini muncul dari diskusi informal dan juga dalam Sosialisasi maupun Musyawarah Desa I, beberapa poin usulan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat sebenarnya sudah mulai teridentifikasi diantara:

· Pembuatan kantong produksi tani di dusun VII sepanjang 7 Km.

· Perpipaan air bersih (lanjutan DAU 2009) di dusun IV sepanjang 4 Km.

· Pembangunan jalan usaha tani di dusun II dan VI sepanjang 600 m.

Kendala waktu pendampingan yang sempit membuat tim fasilitator harus segera bergerak mengisi dan mengawali Sosialisasi di desa Pangalasiang. Hal ini menjadikan tahapan identifikasi masalah menjadi terganggu dalam penyelesaiannya. Namun, pihak OMS yang diketuai oleh Sarmin, SE merasa optimis untuk menyelesaikannya meski harus ditinggal sementara oleh fasilitator teknik dan pemberdayaan. Dukungan dari kepala desa serta aparatur didalamnya serta kerjasama yang baik dari tim PNPM Mandiri Perdesaan yang ada di Tonggolobibi membuat pengurus OMS merasa tidak sendirian dalam bekerja.

II. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN DESA 2

2.1 PENDAHULUAN

PPIP 2010 atau Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 2010 adalah program yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan kemampuan masyarakat miskin melalui pelayanan infrastruktur perdesaan.

Tujuan program pembangunan infrastruktur perdesaan 2010 ini adalah (1) untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan; (2) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan.

PPIP 2010 memiliki sasaran utama antaran lain (1) tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan; (2) meningkatkan kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur perdesaan; (3) meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di perdesaan; dan (4) terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif, terbuka dapat dipertanggungjawabkan serta berkelanjutan.

Dalam pelaksanaannya PPIP 2010 juga menganut prinsip-prinsip sebagai berikut (1) pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah masyarakat; (2) dilaksanakan oleh masyarakat secara terbuka; (3) dapat dipertanggungjawabkan; (4) memberikan manfaat kepada masyarakat secara terbuka.

Komponen program pelaksanaan PPIP 2010 terdiri dari dua poin besar yakni (1) pengembangan masyarakat desa dan (2) membangun kesadaran serta kemandirian masyarakat dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan desanya.

Dengan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” maka olehnya kegiatan PPIP 2010 ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat desa secara partisipatif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta operasi pemeliharaan. Rangkaian kegiatan tersebut akan diorganisir oleh OMS atau Organisasi Masyarakat Setempat yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat desa. Dalam melaksanakan tahapan demi tahapan kegiatan PPIP 2010, OMS akan didampingi oleh fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik. Namun actor pelaksanaan kegiatan PPIP 2010 sesungguhnya adalah masyarakat desa mengingat proses pelaksanaan kegiatan ini akan dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola dan mandiri. Sementara hasil infrastruktur yang terbangun akan dimanfaatkan serta dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat dengan membentuk sebuah lembaga pengelola dan pemelihara atau disebut KPP (Kelompok Penerima dan Pemanfaat).

Secara singkat kegiatan pelaksanaan PPIP 2010 dapat dilakukan dengan tahapan (1) pelaksanaan PPIP 2010 pada desa sasaran adalah swakelola oleh masyarakat dan dilakukan oleh sebuah lembaga local, OMS (Organisasi Masyarakat Setempat); (2) tahap persiapan meliputi kegiatan musyawarah pembentukan OMS, Identifikasi Permasalahan Desa, Penggalian gagasan, pembuatan rencana kegiatan, penyusunan perhitungan anggaran biaya kegiatan; (3) pelaksanaan kegiatan fisik meliputi aktifitas persiapan, pelaksanaan fisik dilapangan, pengadaan material, pengadaan alat dan pengendalian tenaga kerja setempat, serta pengendalian pengeluaran dana, pelaporan dan dokumentasi kegiatan. Nilai bantuan yang diberikan pada masing-masing desa sasaran adalah sebesar Rp.250.000.000,- dengan rincian adalah Rp.245.000.000,- merupakan dana kegiatan fisik; dan Rp.5.000.000,- adalah alokasi anggaran biaya operasional kegiatan guna mendukung aktifitas OMS; (4) musyawarah desa dan laporan pertanggungjawaban kegiatan desa serta serah terima pekerjaan; (5) pengelolaan infrastruktur terbangun oleh KPP.

Program ini akan menuai sukses bila dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari semua lapisan masyarakat desa, sehingga sasaran program yang diharapkan benar-benar dapat dicapai. Peran fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik dalam program ini sangat diharapkan mampu menjadi agen percepatan program bagi OMS yang menjadi representative masyarakat desa sasaran. Akhirnya guna mengawali semua aktivitas program maka bagi semua parapihak yang terlibat baik di tingkat Pusat, Provinsi hingga desa dapat segera melakukan pembenahan niat bagi suksesnya PPIP 2010.

2.2. PROFIL DESA

a. Letak Geografis Desa

Salah satu desa sasaran PPIP 2010 berikutnya adalah desa Pangalasiang di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala. Desa ini terletak di pesisir barat Kab Donggala dengan ciri khas wilayah desa memiliki 3 pulau yang berada di sisi utara, dimana dua diantaranya didiami oleh penduduk. Di sisi selatan desa merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan total luas wilayah lebih kurang 3000 Ha. Sekilas tentang rona wilayah desa Pangalasiang dapat terlihat pada citra satelit (image) di bawah ini:

Figure 2 Desa Pangalasiang dalam image (2007)

Desa Pangalasiang terletak di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala, dengan memiliki batas wilayah sbb:

· Utara = selat Makassar

· Timur = desa Tonggolobibi

· Selatan = desa Bukit Harapan

· Barat = desa Bayang

Desa Tonggolobibi terbagi menjadi 7 (tujuh) dusun yakni:

· Dusun Ou

· Dusun Maputi (pulau)

· Dusun Munte

· Dusun Bukit Bahagia

· Dusun Siraru

· Dusun Kampung Baru

· Dusun Pangalasiang (pulau dan daratan)

b. Aksesibilitas Menuju Desa

Untuk menuju desa Pangalasiang relatif mudah yakni dengan menggunakan kendaraan angkutan darat roda dua maupun roda empat (umum dan pribadi) karena terletak di jalan poros trans Sulawesi dengan kondisi jalan aspal hotmix sampai pada dusun Ou. Untuk mencapai pusat pemerintahan desa harus masuk ke dalam melalui jalan desa sejauh ± 3 Km barulah kita mendapati kantor desa Pangalasiang. Kantor desa Pangalasiang berJarak transportasi dari ibukota kecamatan Sojol (desa Balukang) ± 37 Km; dari ibukota kabupaten Donggala ± 227 Km dan dari ibukota provinsi di Palu ± 189 Km.

Bentangan jalan aspal yang melintasi desa sepanjang 4 Km merupakan sarana perhubungan yang sangat vital bagi masyarakat setempat dan didukung oleh 3 buah jembatan besi/beton didalamnya. Bagi masyarakat yang tinggal di pulau Pangalasiang memiliki sarana transportasi pulang pergi menggunakan perahu dengan waktu tempuh kurang lebih 10-15 menit. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di pulau Maputih menuju daratan harus menempuh waktu kurang lebih 30 menit. Lamanya waktu tempuh juga sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya ombak. Dimana ombak besar biasanya terjadi saat musim hujan (September-Desember). Namun untuk saat ini musim tersebut sudah banyak berubah, sulit diprediksi lagi.

c. Data Kependudukan

Jumlah total penduduk desa Pangalasiang sebanyak 3.696 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 1.945 jiwa dan perempuan sebanyak 1.751 jiwa. Desa Pangalasiang memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak ± 858 KK.

Dari aspek pendidikan masyarakat desa Pangalasiang terdistribusi pada Table 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Distribusi Pendidikan Desa Pangalasiang

Pendidikan

Jumlah

Tidak Tamat SD

1400 orang

Tamat SD

1615 orang

Tamat SLTP

416 orang

Tamat SLTA

250 orang

Tamat Perguruan Tinggi

15 orang

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

Data berikutnya tentang sebaran umur penduduk Desa Pangalasiang adalah seperti pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Distribusi Tingkat Umur Penduduk Desa Pangalasiang

Tingkat Umur (tahun)

Jumlah (jiwa)

0-1

171

2-6

378

7-12

427

13-16

238

17-25

621

26-45

1228

46-54

371

55- keatas

217

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

Mata pencaharian penduduk desa Pangalasiang sebagian besar adalah petani sawah dan ladang/kebun yaitu 1.597 orang dan nelayan sebanyak 225 orang serta penghasil hutan (rotan&kayu) sebanyak 125 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini;

Tabel 2.3 Distribusi Mata Pencaharian Desa Pangalasiang

Mata Pencaharian

Jumlah

PNS

15 orang

Wiraswasta

75 orang

Tani

1597 orang

Nelayan

225 orang

Penghasil Hutan

125 orang

Jasa

12 orang

Dukun Terlatih

6 orang

Polisi

1 orang

TNI

1 orang

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

Penduduk desa Pangalasiang sebagian besar memeluk agama Islam, urutan kedua agama Hindu dan sebagian kecil agama Kristen. Selengkapnya seperti pada Tabel 2.4 berikut;

Tabel 2.4 Distribusi Pemeluk Agama Desa Pangalasiang

Agama

Jumlah

Islam

3682 orang

Hindu

5 orang

Kristen

9 orang

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

d. Data Potensi Desa (Ekonomi, Sosial, Budaya)

Dari data potensi yang diperoleh dari Pemdes Pangalasiang, maka perekonomian masyarakat desa banyak di topang dari sector perkebunan (6956 ha) dan sebagian kecil persawahan (75 ha). Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2.5 Distribusi Penggunaan Lahan Desa Pangalasiang, sebagai berikut:

Tabel 2.5. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Pangalasiang

Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Persawahan

75

Perkebunan

6956

Tambak/Empang

3

Pekuburan

0,5

Hutan

6578

Lapangan Olah raga

2

Pekarangan

10

Pemukiman

300

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

Aspek perekonomian lainnya secara rinci dapat dijelaskan pada Tabel 2.6 berikut ini;

Tabel 2.6. Distribusi Sektor Produksi Desa Pangalasiang

Jenis Tanaman

Komoditas

Luas / Produksi

A. Tanaman Pangan

Padi

75 ha

Jagung

25 ha

Kacang tanah

2 ha

Kacang panjang

1 ha

Ubi kayu

20 ha

B. Tanaman Perkebunan

Kelapa

1612 ton/ ha

Cengkeh

22 ton/ ha

Kakao

26 ton/ ha

C. Peternakan

Sapi

440 ekor

Ayam

1350 ekor

Kambing

145 ekor

E. Perikanan

Ikan Air Laut

13 ton/thn

Ikan Air Tawar

-

Udang

-

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

Disamping itu produksi ekonomi tersebut sangat erat kaitannya dengan sarana dan prasarana yang ada di dalam desa Pangalasiang, khususnya pertanian dan nelayan. Tabel 2.7 menunjukkan data prasarana perdagangan, pertanian dan nelayan yang terdapat di desa Pangalasiang.

Tabel 2.7. Prasarana Perdagangan, Pertanian dan Nelayan Desa Pangalasiang

Jenis Prasarana

Jumlah

Pasar Umum

2 buah

Toko

6 buah

Kios

30 buah

Warung

15 buah

Bagang

-

Rompong

2 unit

Pukat

30 set

Jala

2 set

Perahu

120 buah

Perahu layar

20 buah

Perahu motor

16 buah

DLL

3 buah

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

Dinamika masyarakat desa Pangalasiang dalam kehidupan sosial sangat erat kaitannya dengan prasarana sosial yang terbangun saat ini. Tabel 2.8 menjelaskan data prasarana social yang ada di dalam desa, sebagai berikut:

Tabel 2.8. Prasarana Sosial Desa Pangalasiang

Jenis Prasarana

Jumlah

Rumah Beton

10 buah

Rumah Semi Permanen

636 buah

Rumah Papan

189 buah

MCK

1 unit

WC Perorangan

30 buah

Sumur Pompa/Gali

2 buah

TK

-

SD

6 buah

SLTP

1 buah

SLTA

-

Puskesmas Pembantu

2 buah

BKIA

1 unit

Mesjid/Musholla

9 buah

Lapangan Olahraga

10 buah

Tempat rekreasi

2 buah

Pos Hansip

2 buah

Polindes

1 buah

Kantor Desa

1 buah

Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009

e. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya)

Sesuai dengan hasil koordinasi dengan aparatur desa dan tokoh-tokoh masyarakat serta kelompok-kelompok masyarakat miskin yang ada di desa, maka permasalahan umum yang secara umum dihadapi pada 3 (tiga) aspek yakni ekonomi, sosial dan budaya dapat dijelaskan dalam Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya) Desa Pangalasiang

Permasalahan Umum

Ekonomi

Sosial

Budaya

Infrastruktur jalan desa dan kantong produksi yg kurang memadai (rusak dan tidak tersedia).

Sarana pendidikan setingkat SLTA & SLTP yang masih sulit dijangkau oleh anak-anak desa.

Sarana informasi yang masih belum memadai, misal jaringan listrik PLN & telekomunikasi (GSM) guna mendukung transformasi budaya dan ekonomi setempat.

Harga komoditas ekonomi masyarakat yang sangat rendah, akibat adanya pengepul di masyarakat.

Infrastruktur MCK bagi musholla dan masjid belum memadai.

Tidak terjadinya transformasi budaya dari kalangan orang tua kepada anak-anak muda di desa utk menjadi sarana pengikat dinamika pembangunan masyarakat.

Belum adanya perangkat koperasi (TPI) di tingkat desa dalam menjaga stabilitas harga komoditas masyarakat khususnya perikanan.

Peran serta kaum muda dalam pembangunan desa selalu tersedot kepada arus perkotaan, tidak adanya kader yang menetap di desa.

Kurangnya angka tamatan sekolah SLTA di desa, menjadikan anak-anak desa blm optimal dalam mengisi pembangunan setempat.

Sumber: Diskusi Masyarakat Desa Pangalasiang, 2010

2.3. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

a. Jadwal Kegiatan di Tingkat Desa

Sesuai dengan hasil koordinasi dan arahan dari Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten pada hari Sabtu, 14 Agustus 2010 di kantor Konsultan 110 Hartz di Palu, maka disepakati Tabel 2.10 Jadwal Rencana Kerja sebagai berikut:

Tabel 2.10. Jadwal Rencana Kerja Fasilitator di Desa Pangalasiang

Hari/Tanggal

Lokasi

Kegiatan

PJ

16 Agustus 2010

Kantor Camat Sojol

Koordinasi dan penyerahan surat tugas kepada Camat Sojol.

Camat Sojol

19 Agustus 2010

Kantor Desa Pangalasiang

Koordinasi awal dan penyepakatan jadwal pelaksanaan sosialisasi, rembug persiapan dan musyawarah desa 1.

Kades Pangalasiang.

20 Agustus 2010

Kantor Desa Pangalasiang

Sosialisasi Desa dan Rembug Persiapan.

Kades Pangalasiang.

21 Agustus 2010

Kantor Desa Pangalasiang

Musyawarah Desa 1 dan Pembekalan OMS terbentuk untuk melakukan identifikasi masalah di tiap-tipa dusun bersama warga dusun.

Kades Pangalasiang dan OMS.

21-24 Agustus 2010

Desa Pangalasiang

Pendampingan OMS

Pengurus OMS

b. Target Penyelesaian di Tingkat Desa

Hingga akhir Agustus 2010 Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dapat terbentuk dan mampu berfungsi secara baik sesuai ketentuan yang berlaku. Beberapa hal yang diharapkan dari OMS dalam waktu dekat, antara lain:

· Mampu memahami tahapan pelaksanaan PPIP 2010 secara baik (komperhensif)

· Memahami tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan program.

· Melakukan identifikasi masalah bersama fasilitator guna melengkapi tahapan awal pelaksanaan program.

1.4. PENDAMPINGAN PELAKSANAAN

a. Progress Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Desa s/d Bulan Bersangkutan

Untuk wilayah desa Pangalasiang, tim fasilitator (teknis dan pemberdayaan) telah menyelesaikan tahapan kegiatan hingga pendampingan OMS untuk identifikasi masalah di masing dusun (I-VII). Dimana sebelumnya, tim fasilitator berhasil membentuk OMS melalui mekanisme Musyawarah Desa 1. Dan telah menyelesaikan tahapan Sosialisasi dan Rembug Persiapan sesuai dengan jadwal yang ada pada Tabel 2.10.

b. Koordinasi Awal

Untuk mendukung kesuksesan program PPIP 2010 di Desa Pangalasiang, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala maka tim fasilitator melakukan koordinasi awal dengan pucuk pimpinan kecamatan yakni Camat Sojol Bpk. Drs. Sultani di Desa Balukang. Balukang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sojol menjadi target utama tim fasilitator untuk melakukan koordinasi awal program. Namun, Camat Sojol saat itu belum bisa ditemui di tempat. Hingga akhirnya surat tugas pun diterima oleh pihak secretariat kecamatan untuk dilakukan pencatatan sekaligus melampirkan brosur program PPIP 2010.

Setelah menyelesaikan fasilitasi di Desa Tonggolobibi, Tim fasilitator kemudian meluncur ke Desa Pangalasiang menghadap Kepala Desa, Bapak Arham Abd. Rasyid di rumah kediamannya di dusun Pangalasiang, Desa Pangalasiang. Koordinasi dengan pihak kepala desa mendapat sambutan yang sangat positif. Menurut beliau, program PPIP 2010 ini sudah sangat dinantikan kehadirannya di desa Pangalasiang. Kepala Desa Pangalasiang merupakan seorang mantan anggota DPRD Kab. Toli-toli yang belum genap satu tahun menjabat di desa.

Pengalaman beliau mengelola program PNPM Mandiri Perdesaan saat ini banyak menuai pelajaran berarti dalam menentukan personil OMS nantinya. Menurut beliau, efektifitas OMS sangat dipengaruhi oleh kapasitas orang didalamnya.

Koordinasi awal bersama kepala desa diawali dengan penyerahan surat tugas fasilitator, kemudian membahas kebutuhan sosialsiasi dan musyawarah desa 1. Keberadaan sekretaris desa agaknya tidak berpengaruh terhadap rencana beliau membuat undangan sosialisasi dan musyawarah desa 1. Sekretaris desa bertempat tinggal di dusun lain (dusun Ou) yang jaraknya lebih dari 3 Km.

Undangan pun segera ditulis kepada sebagian besar wakil-wakil dusun dari mulai dusun I hingga dusun VII; Badan Perwakilan Desa; LMD; tokoh-tokoh masyarakat; dan tak lupa menginstruksikan untuk mengundang perwakilan perempuan didalamnya. Undangan disebarkan sebanyak 50 orang dan melampirkan brosur program didalamnya.

c. Sosialisasi

Pelaksanaan sosisalisasi PPIP 2010 desa Pangalasiang dilakukan di kantor desa pada 20 Agustus 2010 pada siang hingga sore hari. Dihadiri oleh kurang lebih 30 orang. Kehadiran peserta ini disebabkan oleh situasi desa saat ini sedang musim tanam padi di sawah ditambah dengan situasi warga yang sedang menunaikan ibadah puasa. Namun, hal tersebut tidak membuat surut niat tim fasilitator dan kepala desa untuk menyampaikan banyak hal tentang PPIP 2010.

Pembukaan rapat sosialisasi disampaikan oleh bapak kepala desa Pangalasiang sekaligus memimpin rapat. Tim fasilitator menempatkan diri selaku narasumber bagi penjelasan tahapan program, apa dan bagaimana PPIP 2010. Poin swakelola program dengan prinsip dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat menjadikan program ini disambut dengan antusias warga peserta rapat saat itu.

Penandatangan Pakta Integritas yang menjadi salah satu poin penting dalam pelaksanaan Sosialisasi Desa di Pangalasiang. Sebelum ditandatangani oleh parapihak maka tim fasilitator selaku narasumber membacakan maksud dan tujuan dari poin-poin Pakta Integritas tersebut kepada peserta sosialisasi. Beberapa diantara peserta merasa optimis dengan program ini karena adanya penandatanganan Pakta Integritas ini. Diawali oleh Kepala Desa Pangalasiang menandatangani Pakta Integritas untuk program PPIP 2010 dan dilanjutkan dengan perwakilan BPD dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dalam penandatanganan tersebut, kolom pejabat camat akan ditandatangani menyusul saat nanti OMS terbentuk menghadap ke Camat Sojol di Balukang. Sosialisasi desa Pangalasiang pun tidak dapat dihadiri oleh Camat Sojol.

Tahapan sosialisasi kali ini menghasilkan pemahaman yang baik kepada para peserta yang hadir terhadap tahapan proses program; keterlibatan masyarakat desa dalam program; tugas dan fungsi OMS; jenis-jenis infrastruktur yang diperbolehkan oleh program. Hal tersebut disampaikan oleh narasumber dalam hal ini tim fasilitator (teknik dan pemberdayaan) dengan banyak menekankan persoalan Swakelola oleh masyarakat setempat.

d. Rembug Persiapan

Kegiatan ini merupakan tahapan selanjutnya setelah Sosialisasi Desa yang kemudian dirangkaikan setelah peserta selesai menunaikan buka puasa pada hari itu juga. Rembug persiapan ini dihadiri oleh sebagian peserta sosialisasi kurang dari 10 orang bertempat di rumah kepala desa.

Beberapa kandidat disiapkan oleh kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat untuk menawarkan nama-nama yang akan ditetapkan sebagai OMS. Kriteria dan persyaratan telah disampaikan saat sosialisasi desa bagi wakil masyarakat yang akan duduk sebagai OMS nantinya. Syarat minimal adalah calon wajib bisa baca tulis, dan memiliki kemampuan diatas rata-rata (bila memungkinkan) untuk memudahkan pelaksanaan program.

Pada rembug persiapan ini menghasilkan sejumlah nama calon pengurus OMS desa Pangalasiang. Ada lima nama warga masyarakat yang akan terlibat ditambah dengan satu orang calon kader desa sesuai dengan petunjuk pelaksanaan PPIP 2010. Termasuk didalamnya unsur perempuan untuk memastikan adanya keterwakilan perempuan dalam OMS.

e. Musyawarah Desa I

Esok harinya pada tanggal 21 Agustus 2010, tim fasilitator bersama aparatur desa Pangalasiang melaksanakan Musyawarah Desa 1 di kantor desa setempat. Undangan yang disebarkan sekitar 50 orang dan terealisasi peserta hadir kali ini adalah sejumlah 30 orang.

Tim fasilitator sekaligus narasumber dalam pertemuan ini membacakan tugas dan fungsi OMS dalam pelaksanaan PPIP 2010. Diharapkan hal ini akan dapat diketahui bersama tentang mekanisme kerja tim OMS bersama fasilitator (teknik dan pemberdayaan) serta parapihak di desa/kecamatan/kabupaten.

Penetapan dan pemilihan pengurus OMS menggunakan mekanisme musyawarah mufakat dengan menampilkan 5 nama warga desa Pangalasiang yang telah diusulkan sebelumnya. Hadirin peserta rapat setuju atas wakil-wakil yang ditawarkan. Selanjutnya, mereka melakukan pemilihan ketua; sekretaris dan bendahara. Dan menyepakati nama-nama pengurus inti OMS Desa Pangalasiang, sebagai berikut:

· Ketua = Adnan

· Sekretaris = Mersilia

· Bendahara = Mery

· Anggota = Abd. Wahab; Abd. Razak

· Kader Desa = Warip

Selanjutnya, surat keputusan pembentukan OMS desa Pangalasiang pun ditandatangani oleh Kepala Desa, yakni Bpk. Arham Abd Rasyid. Tim fasilitator kemudian mengantar diskusi untuk menyusun dan menyepakati rencana tindak lanjut bagi OMS terbentuk. Rencana tindak lanjut pengurus OMS Desa Pangalasiang, sbb:

Kegiatan

Lokasi

Waktu

PJ

Kebutuhan

Menyiapkan secretariat dan papan informasi program

Dusun Pangalasiang

21-23 Agt

Ketua OMS

Papan tripleks, ATK

Melakukan rapat koordinasi dengan fasilitator (rutin)

Secretariat OMS

23-24 Agt

Ketua OMS

Buku Petunjuk Pelaksanaan PPIP 2010

Melakukan pendataan warga miskin (data sekunder), dan identifikasi masalah tiap dusun.

Kantor Desa

19-25 Agt

Ketua OMS dan Kader Desa

ATK, Undangan wakil-wakil dusun.

f. Identifikasi Permasalahan

Kegiatan identifikasi permasalahan akan dilakukan secara parallel dengan kegiatan awal di Desa Pangalasiang. Tim fasilitator menyiapkan strategi untuk pembekalan tim OMS yang akan bekerja melakukan identifikasi permasalahan. Diantaranya OMS melakukan koordinasi dengan fasilitator PNPM Mandiri desa Pangalasiang guna mendapatkan data hasil-hasil pengkajian desa sebelumnya. Serta menyiapkan data warga miskin (Pra KS dan KS1) yang dibantu oleh pihak pemerintah desa.

Pendampingan terhadap hal ini dilakukan oleh fasilitator pemberdayaan dan teknik guna memastikan format yang diperlukan dalam tahap identifikasi ini dapat terisi dengan baik. Data tersebut akan menjadi bahan diskusi dalam Musyawarah Desa II (Penyusunan Draft PJM) guna menentukan usulan-usulan masyarakat dalam program PPIP 2010.

Hasil sementara dalam usulan yang saat ini muncul dari diskusi informal dan juga dalam Sosialisasi maupun Musyawarah Desa I, beberapa poin usulan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat sebenarnya sudah mulai teridentifikasi diantara:

· Pembuatan dermaga kapal rakyat di dusun Pangalasiang.

· Pembuatan talud pemecah gelombang di pantai sisi utara pulau Pangalasiang sejauh 500 meter.

---000---