Monday, March 28, 2011

Cinta Hamba Kepada Seseorang

PALU- Tak pelak lagi kisah kasih seorang hamba kepada seseorang telah menjadi sesuatu yang sangat menggiurkan bagi siapa pun di dunia ini. Cinta kadang mampu membutakan siapa saja yg tersangkut didalamnya, namun cinta juga kadang menjadikan seseorang menjadi hamba yg menjadi sangat bersyukur. Kisah kasih seorang hamba yang kutulis dalam blog ini menjadi sebuah tolok ukur bagi diriku sendiri dalam menggapai cinta itu sendiri.

Meniti karir yang sangat penjang kurang lebih 10 tahun di lembaga non pemerintah telah membuat pola berpikir seseorang menjadi sbh pola tersendiri dalam membentuk pribadinya. Tak kalah seru adalah ketika hal itu kemudian dalam 1,5 tahun mengalami stagnasi menjadikannya sesuatu yang sangat menyakitkan. Pola itu pun berubah menjadi sesuatu yang sangat terbalik, katanya sih lebih negatif dan selalu negatif karena telah ditanggapinya dengan sangat JUJUR.

Bicara jujur, maka disini akan disodorkan teori sebab akiba kenapa kemudian menjadi sesuatu yang tidak jujur itu terjadi. MEnukil Az Zamakhsyari dalam sebuah syairnya berkata:
"Malam2ku untuk merajut ilmu yang bisa dipetik, menjauhi wanita elok dan harumnya leher. Aku mondar mandir unuk menyelesaikan masalah sulit, lebih menggoda dan manis dari berkepi betis nan panjang. Bunyi penaku yang menari diatas kertas-kertas, lebih manis daripada berada di belaian wanita dan kekasih. Bagiku lebih indah melemparkan pasir ke atas kertas daripada gadis-gadis yang menabuh dentum rebana. Hai orang2 yg berusaha mencapai kedudukanku lwt angannya. Sungguh jauh jarak antara orang yang diam dan yang lain, naik. Apakah aku yang tidak tidur selama dua purnama dan engkau tidur nyenyak, setelah itu engkau ingin menyamai derajatku."

Kembali kepada diri dan hati katanya, semua hal akan menjadi murni dan teladan. Satu setengah tahun ini dirinya ingin menjadi seseorang yg telah hilang kasih dan sayangnya dg satu alasan, tekanan jiwa akibat post power syndrom.

PEmalingan peran kepada perempuan lain dalam bercinta danberkasih asmara pun terjadi, hingga diketahui oleh sang kekasih untuk mengakui dan memaafkannya. Kata maaf ternyata belum mampu untuk dapat menghapus dosa2nya. Sekarang dia sedang dalam taraf yang memprihatinkan, tidak ada lagi kasih dan cinta serta sayang karena masih dibenaknya rasa kecewa yang amat sangat. Keduanya sedang merasakan itu semua.

Pihak ketiga lainnya, dia tdk mau mengakuinya untuk menjadi sesuatu ini berlarut2. Tapi analisisnya telah menunjuk adanya kekeliruan yang amat sangat. Barometernya adalah dasar-dasar agamanya yang blm terlalu kokok karena pernah ditinggalkannya. PErtanyaannya adalah barometer siapa lagi yang bisa mengajaknya untuk kembali kepada kebenaran. Tapi lagi2 hatinya sedang tidak baik lagi penuh kecewa dan duka.

Ilmu yang disebutnya adalah Raja Sukma menjadikannya sesuatu itu telah membutakannya. Namun ini belum diakuinya karena semua itu dia merasa masih dalam tahapan kebenaran yang hakiki. Wallohu alam bi showab.

Bukan dukun, bukan juga ahli pengobat. Tapi barometer kemanusiaany yang mungkin kebetulan diijabahi oleh NYA membuatnya sangat yakin akan kelakuan dan perangainya. Pengakuan2 tsb sangat jelas didengar oleh dia.

"Kala seseorang jelata dalam kesengsaraannya,
ringan baginya untuk mendaki gundukan lumpur "

SEnyum di pagi hari sangat sulit untuk merekah, keberkahan atas nikmat2NYA begitu tipis didada dan hatinya. Subhanalloh....!! Doa apa lagi yang mampu mendekatkan dirinya dan DIA Yang Maha Mendengar.

Ini merupakan isyara bahwa kesedihan hanya akan tersapu bersih dari seseorang tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan nasib kedengkian yang tak akan benar2 musnah kecuali setelah manusia masuk surga. Wallohu mustaan.

Saturday, March 12, 2011

Susahnya Memberantas Kemiskinan di Indonesia

Berikut artikel tentang kemiskinan yang dimuat di Harian Kompas terbitan hari jni Kamis 10 Maret 2011 yang berjudul Susahnya Memberantas Kemiskinan di Indonesia

 

 

KOMPAS: Nuansa kegusaran terasa benar di ruang seminar "Korupsi yang Memiskinkan" yang diselenggarakan harian "Kompas", akhir Februari lalu. Banyak yang tak habis pikir, bagaimana bisa, setelah 65 tahun merdeka dan beberapa dekade membangun, republik ini tak kunjung juga terbebas dari problem kemiskinan struktural yang kronis.

 

Padahal, kita dianugerahi sumber daya alam melimpah. Kue pembangunan dalam bentuk produk domestik bruto (PDB) juga sudah menggelembung, kini masuk 20 terbesar dunia. Demikian pula volume APBN dan alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan, dari waktu ke waktu terus meningkat. Volume utang untuk pembiayaan pembangunan juga meningkat tajam. Tetapi, jumlah orang miskin sulit sekali turun.

 

Sebelum krisis, volume APBN kita di bawah Rp 100 triliun dan PDB Rp 877 triliun. Saat itu kasus kemiskinan 22 juta orang. Kini APBN Rp 1.200 triliun dan PDB mendekati Rp 7.000 triliun, tetapi kasus kemiskinan justru meningkat menjadi 31 juta lebih orang.

 

Angka kemiskinan 2010 menurut BPS adalah 31,2 juta jiwa atau 13,33 persen. Namun, angka ini hanya menghitung mereka yang masuk kategori miskin absolut diukur dari pendapatan, itu pun pada standar yang paling minim. Angka ini belum mengungkap wajah kemiskinan Indonesia yang sebenarnya, dari berbagai dimensi. Angka tersebut juga belum memasukkan mereka yang tergolong tidak miskin, tetapi sangat rentan terhadap kemiskinan, yang angkanya bahkan jauh lebih besar dari yang miskin absolut.

 

Jika menggunakan standar garis kemiskinan yang berlaku internasional, yakni pendapatan 2 dollar AS per hari, jumlah penduduk miskin masih 42 persen atau hampir 100 juta lebih. Ini hampir sama dengan total penduduk Malaysia dan Vietnam digabungkan. Artinya, Indonesia adalah rumah sebagian besar penduduk miskin Asia Tenggara. [resume]