PPIP 2010 - PROVINSI SULTENG
Desa Pangalasiang & Desa Tonggolobibi, Kec. Sojol, Kab. Donggala
OLEH: SYAFRUDIN SYAFII, S.HUT
LAPORAN PENDAHULUAN
DESA DAMPINGAN:
I. DESA 1 : TONGGOLOBIBI, KECAMATAN : SOJOL, KABUPATEN : DONGGALA
II. DESA 2 : PANGALASIANG, KECAMATAN : SOJOL, KABUPATEN : DONGGALA
I. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN DESA 1
1.1 PENDAHULUAN
PPIP 2010 atau Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 2010 adalah program yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan kemampuan masyarakat miskin melalui pelayanan infrastruktur perdesaan.
Tujuan program pembangunan infrastruktur perdesaan 2010 ini adalah (1) untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan; (2) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan.
PPIP 2010 memiliki sasaran utama antaran lain (1) tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan; (2) meningkatkan kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur perdesaan; (3) meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di perdesaan; dan (4) terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif, terbuka dapat dipertanggungjawabkan serta berkelanjutan.
Dalam pelaksanaannya PPIP 2010 juga menganut prinsip-prinsip sebagai berikut (1) pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah masyarakat; (2) dilaksanakan oleh masyarakat secara terbuka; (3) dapat dipertanggungjawabkan; (4) memberikan manfaat kepada masyarakat secara terbuka.
Komponen program pelaksanaan PPIP 2010 terdiri dari dua poin besar yakni (1) pengembangan masyarakat desa dan (2) membangun kesadaran serta kemandirian masyarakat dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan desanya.
Dengan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” maka olehnya kegiatan PPIP 2010 ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat desa secara partisipatif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta operasi pemeliharaan. Rangkaian kegiatan tersebut akan diorganisir oleh OMS atau Organisasi Masyarakat Setempat yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat desa. Dalam melaksanakan tahapan demi tahapan kegiatan PPIP 2010, OMS akan didampingi oleh fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik. Namun actor pelaksanaan kegiatan PPIP 2010 sesungguhnya adalah masyarakat desa mengingat proses pelaksanaan kegiatan ini akan dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola dan mandiri. Sementara hasil infrastruktur yang terbangun akan dimanfaatkan serta dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat dengan membentuk sebuah lembaga pengelola dan pemelihara atau disebut KPP (Kelompok Penerima dan Pemanfaat).
Secara singkat kegiatan pelaksanaan PPIP 2010 dapat dilakukan dengan tahapan (1) pelaksanaan PPIP 2010 pada desa sasaran adalah swakelola oleh masyarakat dan dilakukan oleh sebuah lembaga local, OMS (Organisasi Masyarakat Setempat); (2) tahap persiapan meliputi kegiatan musyawarah pembentukan OMS, Identifikasi Permasalahan Desa, Penggalian gagasan, pembuatan rencana kegiatan, penyusunan perhitungan anggaran biaya kegiatan; (3) pelaksanaan kegiatan fisik meliputi aktifitas persiapan, pelaksanaan fisik dilapangan, pengadaan material, pengadaan alat dan pengendalian tenaga kerja setempat, serta pengendalian pengeluaran dana, pelaporan dan dokumentasi kegiatan. Nilai bantuan yang diberikan pada masing-masing desa sasaran adalah sebesar Rp.250.000.000,- dengan rincian adalah Rp.245.000.000,- merupakan dana kegiatan fisik; dan Rp.5.000.000,- adalah alokasi anggaran biaya operasional kegiatan guna mendukung aktifitas OMS; (4) musyawarah desa dan laporan pertanggungjawaban kegiatan desa serta serah terima pekerjaan; (5) pengelolaan infrastruktur terbangun oleh KPP.
Program ini akan menuai sukses bila dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari semua lapisan masyarakat desa, sehingga sasaran program yang diharapkan benar-benar dapat dicapai. Peran fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik dalam program ini sangat diharapkan mampu menjadi agen percepatan program bagi OMS yang menjadi representative masyarakat desa sasaran. Akhirnya guna mengawali semua aktivitas program maka bagi semua parapihak yang terlibat baik di tingkat Pusat, Provinsi hingga desa dapat segera melakukan pembenahan niat bagi suksesnya PPIP 2010.
1.2. PROFIL DESA
a. Letak Geografis Desa
Salah satu desa sasaran PPIP 2010 adalah desa Tonggolobibi di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala. Desa ini terletak di pesisir barat Kab Donggala dengan ciri khas wilayah pantai yang landai di sisi utara dan wilayah perbukitan di sisi selatan desa dengan total luas wilayah 10.500 Ha. Sekilas tentang rona wilayah desa Tonggolobibi dapat terlihat pada citra satelit (image) di bawah ini:
Figure 1 Desa Tonggolobibi dalam image Google Earth (2007)
Desa Tonggolobibi terletak di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala, dengan memiliki batas wilayah sbb:
· Utara = selat Makassar
· Timur = desa Siboang
· Selatan = Kabupaten Parigi Moutong
· Barat = desa Pangalasiang
Desa Tonggolobibi terbagi menjadi 7 (tujuh) dusun yakni:
· Dusun Tonggolobibi (dusun 1 dan 2)
· Dusun Taipa (dusun 3)
· Dusun Pesambi (dusun 4)
· Dusun Lantapan (dusun 5)
· Dusun Pala (dusun 6)
· Dusun Semalili (dusun 7)
· Dusun Busogo (dusun 8)
b. Aksesibilitas Menuju Desa
Untuk menuju desa Tonggolobibi relatif mudah yakni dengan menggunakan kendaraan angkutan darat roda dua maupun roda empat (umum dan pribadi) karena terletak di jalan poros trans Sulawesi dengan kondisi jalan aspal hotmix. Jarak transportasi dari ibukota kecamatan Sojol (desa Balukang) ± 28 Km; dari ibukota kabupaten Donggala ± 238 Km dan dari ibukota provinsi di Palu ±207 Km.
Bentangan jalan aspal yang melintasi desa sepanjang 8 Km merupakan sarana perhubungan yang sangat vital bagi masyarakat setempat dan didukung oleh 2 buah jembatan besi/beton didalamnya.
c. Data Kependudukan
Jumlah total penduduk desa Tonggolobibi sebanyak 4.445 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 2.266 jiwa dan perempuan sebanyak 2.179 jiwa. Desa Tonggolobibi memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 991 KK.
Dari aspek pendidikan masyarakat desa Tonggolobibi terdistribusi pada Table 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Distribusi Pendidikan Desa Tonggolobibi
Pendidikan | Jumlah |
Tidak Tamat SD | 250 orang |
Tamat SD | 3241 orang |
Tamat SLTP | 235 orang |
Tamat SLTA | 87 orang |
Tamat Perguruan Tinggi | 7 orang |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
Mata pencaharian penduduk desa Tonggolobibi sebagian besar adalah petani sawah dan ladang/kebun yaitu 1701 orang dan nelayan sebanyak 200 orang serta peternak sebanyak 113 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini;
Tabel 1.2 Distribusi Mata Pencaharian Desa Tonggolobibi
Mata Pencaharian | Jumlah |
PNS | 15 orang |
Wiraswasta | 85 orang |
Tani | 1701 orang |
Nelayan | 200 orang |
Jasa | 75 orang |
Dukun Terlatih | 8 orang |
Peternak | 113 orang |
Polisi | 5 orang |
TNI | 1 orang |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
Penduduk desa Tonggolobibi sebagian besar memeluk agama Islam, urutan kedua agama Hindu dan sebagian kecil agama Kristen. Selengkapnya seperti pada Tabel 1.3 berikut;
Tabel 1.3 Distribusi Pemeluk Agama Desa Tonggolobibi
Agama | Jumlah |
Islam | 4224 orang |
Hindu | 211 orang |
Kristen | 10 orang |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
d. Data Potensi Desa (Ekonomi, Sosial, Budaya)
Dari data potensi yang diperoleh dari Pemdes Tonggolobibi, maka perekonomian masyarakat desa banyak di topang dari sector perkebunan (2737 ha) dan persawahan (1383,5 ha). Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.4 Distribusi Penggunaan Lahan Desa Tonggolobibi, sebagai berikut:
Tabel 1.4. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Tonggolobibi
Penggunaan Lahan | Luas (Ha) |
Pekarangan | 58 |
Persawahan | 1383,5 |
Perkebunan | 2737 |
Tambak | 125 |
Pekuburan | 1 |
Hutan | 1364 |
Lapangan Olah raga | 3,5 |
DLL | 4828 |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
Aspek perekonomian lainnya secara rinci dapat dijelaskan pada Tabel 1.5 berikut ini;
Tabel 1.5. Distribusi Sektor Produksi Desa Tonggolobibi
Jenis Tanaman | Komoditas | Luas / Produksi |
A. Tanaman Pangan | Padi | 900 ha |
| Jagung | 5 ha |
B. Tanaman Perkebunan | Kelapa | 701 ha |
| Cengkeh | 923 ha |
| Kakao | 1102 ha |
| Kopi | 11 ha |
C. Peternakan | Sapi | 683 ekor |
| Kerbau | 5 ekor |
| Kambing | 188 ekor |
| Babi | 178 ekor |
| Ayam | 3975 ekor |
D. Perikanan | Ikan Air Laut | 5 ton/bulan |
| Ikan Air Tawar | 15 ton/tahun |
| Udang | 10 ton/tahun |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
Disamping itu produksi ekonomi tersebut sangat erat kaitannya dengan sarana dan prasarana yang ada di dalam desa Tonggolobibi, khususnya pertanian dan nelayan. Tabel 1.6 menunjukkan data prasarana perdagangan, pertanian dan nelayan yang terdapat di desa Tonggolobibi.
Tabel 1.6. Prasarana Perdagangan, Pertanian dan Nelayan Desa Tonggolobibi
Jenis Prasarana | Jumlah |
Pasar Umum | 1 buah |
Toko | 5 buah |
Kios | 75 buah |
Warung | 4 buah |
Domping | 45 unit |
Bagang Mini | 2 unit |
Pukat | 50 set |
Jala | 8 set |
Perahu | 201 buah |
Perahu layar | 39 buah |
Perahu temple | 11 buah |
Kapal Motor | 1 buah |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
Dinamika masyarakat desa Tonggolobibi dalam kehidupan social sangat erat kaitannya dengan prasarana social yang terbangun saat ini. Tabel 1.7 menjelaskan data prasarana social yang ada di dalam desa, sebagai berikut:
Tabel 1.7. Prasarana Sosial Desa Tonggolobibi
Jenis Prasarana | Jumlah |
Rumah Permanen | 297 buah |
Rumah Semi Permanen | 457 buah |
Rumah Papan | 112 buah |
WC Perorangan | 621 buah |
Sumur Pompa/Gali | 359 buah |
TK | 1 buah |
SD | 4 buah |
SLTP | 1 buah |
SLTA | - |
Puskesmas Pembantu | 1 buah |
Mesjid/Musholla | 15 buah |
Pura | 2 buah |
Pos Hansip | 1 buah |
Polindes | 1 buah |
Kantor Desa | 1 buah |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
Sementara itu, masyarakat desa Tonggolobibi juga memiliki rutinitas social berupa kegiatan kelompok masyarakat berupa kegiatan keagamaan. Tabel 1.8 menjelaskan jumlah kegiatan keagamaan yang ada di desa Tonggolobibi, sebagai berikut:
Tabel 1.8. Kegiatan Keagamaan Desa Tonggolobibi
Nama Kegiatan | Jumlah |
Taman Pengajian | 3 kelompok |
Pengajian Kampung | 1 kelompok |
Yasinan | 1 kelompok |
Pradah | 3 kelompok |
Sumber: Pemdes Tonggolobibi, 2009
e. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya)
Sesuai dengan hasil koordinasi dengan aparatur desa dan tokoh-tokoh masyarakat serta kelompok-kelompok masyarakat miskin yang ada di desa, maka permasalahan umum yang sering dihadapi pada 3 (tiga) aspek yakni ekonomi, social dan budaya dapat dijelaskan dalam Tabel 1.9.
Tabel 1.9. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya) Desa Tonggolobibi
Permasalahan Umum | ||
Ekonomi | Sosial | Budaya |
Infrastruktur jalan kantong produksi yg kurang memadai (rusak dan tidak tersedia). | Sarana pendidikan setingkat SLTA yang masih sulit dijangkau oleh anak-anak desa. | Sarana informasi yang masih belum memadai, missal jaringan telekomunikasi (GSM) guna mendukung transformasi budaya dan ekonomi setempat. |
Harga komoditas ekonomi masyarakat yang sangat rendah, akibat adanya pengepul di masyarakat. | Infrastruktur MCK bagi musholla dan majid belum memadai. | Tidak terjadinya transformasi budaya dari kalangan orang tua kepada anak-anak muda di desa utk menjadi sarana pengikat dinamika masyarakat. |
Belum optimalnya perangkat koperasi di tingkat desa dalam menjaga stabilitas harga komoditas masyarakat. | Peran serta kaum muda dalam pembangunan desa selalu tersedot kepada arus perkotaan, tidak adanya kader yang menetap di desa. | Kurangnya angka tamatan sekolah SLTA di desa, menjadikan anak-anak desa blm optimal dalam mengisi pembangunan setempat. |
Sumber: Diskusi Masyarakat Desa Tonggolobibi, 2010
1.3. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Jadwal Kegiatan di Tingkat Desa
Sesuai dengan hasil koordinasi dan arahan dari Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten pada hari Sabtu, 14 Agustus 2010 di kantor Konsultan 110 Hartz di Palu, maka disepakati Tabel 1.10 Jadwal Rencana Kerja sebagai berikut:
Tabel 1.10. Jadwal Rencana Kerja Fasilitator di Desa Tonggolobibi
Hari/Tanggal | Lokasi | Kegiatan | PJ |
16 Agustus 2010 | Kantor Camat Sojol | Koordinasi dan penyerahan surat tugas kepada Camat Sojol. | Camat Sojol |
17 Agustus 2010 | Kantor Desa Tonggolobibi | Koordinasi awal dan penyepakatan jadwal pelaksanaan sosialisasi, rembug persiapan dan musyawarah desa 1. | Kades Tonggolobibi. |
18 Agustus 2010 | Kantor Desa Tonggolobibi | Sosialisasi Desa dan Rembug Persiapan. | Kades Tonggolobibi. |
19 Agustus 2010 | Kantor Desa Tonggolobibi | Musyawarah Desa 1 dan Pembekalan OMS terbentuk untuk melakukan identifikasi masalah di tiap-tipa dusun bersama warga dusun. | Kades Tonggolobibi dan OMS. |
b. Target Penyelesaian di Tingkat Desa
Hingga akhir Agustus 2010 Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dapat terbentuk dan mampu berfungsi secara baik sesuai ketentuan yang berlaku. Beberapa hal yang diharapkan dari OMS dalam waktu dekat, antara lain:
· Mampu memahami tahapan pelaksanaan PPIP 2010 secara baik (komperhensif)
· Memahami tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan program.
· Melakukan identifikasi masalah bersama fasilitator guna melengkapi tahapan awal pelaksanaan program.
1.4. PENDAMPINGAN PELAKSANAAN
a. Progress Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Desa s/d Bulan Bersangkutan
Untuk wilayah desa Tonggolobibi, tim fasilitator (teknis dan pemberdayaan) telah menyelesaikan tahapan kegiatan hingga pendampingan OMS untuk identifikasi masalah di masing dusun (I-VII). Dimana sebelumnya, tim fasilitator berhasil membentuk OMS (Organisasi Masyarakat Setempat) melalui mekanisme Musyawarah Desa 1. Dan telah menyelesaikan tahapan Sosialisasi dan Rembug Persiapan sesuai dengan jadwal yang ada pada Tabel 1.10.
b. Koordinasi Awal
Untuk mendukung kesuksesan program PPIP 2010 di Desa Tonggolobibi, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala maka tim fasilitator melakukan koordinasi awal dengan pucuk pimpinan kecamatan yakni Camat Sojol Bpk. Drs. Sultani di Desa Balukang. Balukang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sojol menjadi target utama tim fasilitator untuk melakukan koordinasi awal program. Namun, Camat Sojol saat itu belum bisa ditemui di tempat. Hingga akhirnya surat tugas pun diterima oleh pihak secretariat kecamatan untuk dilakukan pencatatan sekaligus melampirkan brosur program PPIP 2010.
Tim fasilitator kemudian meluncur kembali ke Desa Tonggolobibi menghadap Kepala Desa, Bapak Nashiruddin Hi. Nur DJ di rumah kediamannya di jalan poros trans Sulawesi. Tepatnya di dusun Taipa. Koordinasi dengan pihak kepala desa mendapat sambutan yang sangat positif. Menurut beliau, program PPIP 2010 ini sudah sangat dinantikan kehadirannya di desa Tonggolobibi. Beliau juga menyebutkan bahwa pernah beberapa kali didatangi oleh pihak-pihak yang mengaku telah memperjuangkan program PPIP ke pusat. Namun, berkat kesabaran kepala desa menghadapi para tamu “asing” maka hal tersebut tidak mendapatkan tempat bagi para pahlawan kesiangan yang datang padanya. Para tamu “asing” tersebut menjanjikan adanya potongan dana terhadap program PPIP ini. Kondisi tersebut terjawab saat tim fasilitator menghadap membawa surat tugas dari PPK Provinsi Sulteng kepadanya. Beliau bersyukur telah berhasil terhindar dari bujuk rayu sang tamu “asing” yang pernah datang kepadanya.
Dengan sigap kepala desa segera mengumpulkan sekdes dan anak buahnya untuk melakukan rapat koordinasi guna membahas kebutuhan tahapan program yakni Sosialisasi Desa. Undangan pun segera ditullis kepada sebagian besar wakil-wakil dusun dari mulai dusun I hingga dusun VII; Badan Perwakilan Desa; LMD; tokoh-tokoh masyarakat; dan tak lupa menginstruksikan untuk mengundang perwakilan perempuan didalamnya. Undangan disebarkan sebanyak 50 orang dan melampirkan brosur program didalamnya.
c. Sosialisasi
Pelaksanaan sosisalisasi PPIP 2010 desa Tonggolobibi dilakukan di kantor desa pada 18 Agustus 2010. Dihadiri oleh kurang lebih 30 orang. Kehadiran peserta ini disebabkan oleh situasi desa saat ini sedang musim tanam padi di sawah ditambah dengan situasi warga yang sedang menunaikan ibadah puasa. Namun, hal tersebut tidak membuat surut niat tim fasilitator dan kepala desa untuk menyampaikan banyak hal tentang PPIP 2010.
Pembukaan rapat sosialisasi disampaikan oleh bapak kepala desa Tonggolobibi sekaligus memimpin rapat. Tim fasilitator menempatkan diri selaku narasumber bagi penjelasan tahapan program, apa dan bagaimana PPIP 2010. Poin swakelola program dengan prinsip dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat menjadikan program ini disambut dengan antusias warga peserta rapat saat itu.
Saat sesi diskusi Tanya jawab, salah satu peserta menanyakan tentang mekanisme pelaksanaan di lapangan: Apakah program PPIP 2010 ini mengijinkan adanya penggunaan alat berat dalam pelaksanaannya ?
Hal ini kemudian dijawab oleh narasumber bahwa pada prinsipnya penggunaan alat berat dapat dilakukan dengan cara sewa alatnya saja. Tidak ada kontraktual terhadap pekerjaaan yang ada. Sebaiknya sebelum memutuskan penggunaan alat berat maka OMS dan fasilitator teknik telah memperhitungkan dengan matang kelayakan penggunaan alat berat tersebut.
Penandatangan Pakta Integritas yang menjadi salah satu poin penting dalam pelaksanaan Sosialisasi Desa di Tonggolobibi. Sebelum ditandatangani oleh parapihak maka tim fasilitator selaku narasumber membacakan maksud dan tujuan dari poin-poin Pakta Integritas tersebut kepada peserta sosialisasi. Beberapa diantara peserta merasa optimis dengan program ini karena adanya penandatanganan Pakta Integritas ini. Diawali oleh Kepala Desa Tonggolobibi menandatangani Pakta Integritas untuk program PPIP 2010 dan dilanjutkan dengan perwakilan BPD dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dalam penandatanganan tersebut, kolom pejabat camat akan ditandatangani saat nanti OMS terbentuk menghadap ke Camat Sojol di Balukang. Ketidakhadiran camat dalam sosialisasi ini dikarenakan beliau mendapat tugas rutin dari Bupati Donggala.
Tahapan sosialisasi kali ini menghasilkan pemahaman yang baik kepada para peserta yang hadir terhadap tahapan proses program; keterlibatan masyarakat desa dalam program; tugas dan fungsi OMS; jenis-jenis infrastruktur yang diperbolehkan oleh program. Hal tersebut disampaikan oleh narasumber dalam hal ini tim fasilitator (teknik dan pemberdayaan).
d. Rembug Persiapan
Kegiatan ini merupakan tahapan selanjutnya setelah Sosialisasi Desa yang dilakukan pada pagi hingga siang hari tanggal 18 Agustus 2010, maka sore harinya dilakukan rembug persiapan bagi pembentukan OMS pada esok harinya. Beberapa kandidat disiapkan oleh kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat untuk menawarkan nama-nama yang akan ditetapkan sebagai OMS. Kriteria dan persyaratan telah disampaikan saat sosialisasi desa bagi wakil masyarakat yang akan duduk sebagai OMS nantinya. Syarat minimal adalah calon wajib bisa baca tulis, dan memiliki kemampuan diatas rata-rata (bila memungkinkan) untuk memudahkan pelaksanaan program.
Pada rembug persiapan ini menghasilkan sejumlah nama calon pengurus OMS desa Tonggolobibi. Ada lima nama warga masyarakat yang akan terlibat ditambah dengan satu orang calon kader desa sesuai dengan petunjuk pelaksanaan PPIP 2010. Termasuk didalamnya unsure perempuan untuk memastikan adanya keterwakilan perempuan dalam OMS.
e. Musyawarah Desa I
Pada tanggal 19 Agustus 2010, tim fasilitator bersama aparatur desa Tonggolobibi melaksanakan Musyawarah Desa 1 di kantor desa setempat. Undangan yang disebarkan sekitar 50 orang dan terealisasi peserta hadir kali ini adalah sejumlah 30 orang.
Tim fasilitator sekaligus narasumber dalam pertemuan ini membacakan tugas dan fungsi OMS dalam pelaksanaan PPIP 2010. Diharapkan hal ini akan dapat diketahui bersama tentang mekanisme kerja tim OMS bersama fasilitator (teknik dan pemberdayaan) serta parapihak di desa/kecamatan/kabupaten.
Penetapan dan pemilihan pengurus OMS menggunakan mekanisme musyawarah mufakat dengan menampilkan 5 nama warga desa Tonggolobibi yang telah diusulkan sebelumnya. Hadirin peserta rapat setuju atas wakil-wakil yang ditawarkan. Selanjutnya, mereka melakukan pemilihan ketua; sekretaris dan bendahara. Dan menyepakati nama-nama pengurus inti OMS Desa Tonggolobibi, sebagai berikut:
· Ketua = Sarmin, SE
· Sekretaris = Iskandar
· Bendahara = Ni Wayan Setiasih
Selanjutnya, surat keputusan pembentukan OMS desa Tonggolobibi pun ditandatangani oleh Kepala Desa, yakni Bpk. Nasruddin HM. Nur DJ. Tim fasilitator kemudian mengantar diskusi untuk menyusun dan menyepakati rencana tindak lanjut bagi OMS terbentuk. Rencana tindak lanjut pengurus OMS Desa Tonggolobibi, sbb:
Kegiatan | Lokasi | Waktu | PJ | Kebutuhan |
Menyiapkan secretariat dan papan informasi program | Dusun Tonggolobibi | 19-21 Agt | Ketua OMS | Papan tripleks, ATK |
Melakukan rapat koordinasi dengan fasilitator (rutin) | Secretariat OMS | 19-23 Agt | Ketua OMS | Buku Petunjuk Pelaksanaan PPIP 2010 |
Melakukan pendataan warga miskin (data sekunder), dan identifikasi masalah tiap dusun. | Kantor Desa | 19-25 Agt | Ketua OMS dan Kader Desa | ATK, Undangan wakil-wakil dusun. |
f. Identifikasi Permasalahan
Kegiatan identifikasi permasalahan akan dilakukan secara parallel dengan kegiatan awal di Desa Pangalasiang. Tim fasilitator menyiapkan strategi untuk pembekalan tim OMS yang akan bekerja melakukan identifikasi permasalahan. Diantara melakukan koordinasi dengan fasilitator PNPM Mandiri desa Tonggolobibi guna mendapatkan data hasil-hasil pengkajian desa sebelumnya. Serta menyiapkan data warga miskin (Pra KS dan KS1) yang dibantu oleh pihak pemerintah desa.
Pendampingan terhadap hal ini dilakukan oleh fasilitator pemberdayaan dan memastikan format yang diperlukan dalam tahap identifikasi ini dapat terisi nantinya. Data tersebut akan menjadi bahan diskusi dalam Musyawarah Desa II guna menentukan usulan-usulan masyarakat dalam program PPIP 2010.
Hasil sementara dalam usulan yang saat ini muncul dari diskusi informal dan juga dalam Sosialisasi maupun Musyawarah Desa I, beberapa poin usulan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat sebenarnya sudah mulai teridentifikasi diantara:
· Pembuatan kantong produksi tani di dusun VII sepanjang 7 Km.
· Perpipaan air bersih (lanjutan DAU 2009) di dusun IV sepanjang 4 Km.
· Pembangunan jalan usaha tani di dusun II dan VI sepanjang 600 m.
Kendala waktu pendampingan yang sempit membuat tim fasilitator harus segera bergerak mengisi dan mengawali Sosialisasi di desa Pangalasiang. Hal ini menjadikan tahapan identifikasi masalah menjadi terganggu dalam penyelesaiannya. Namun, pihak OMS yang diketuai oleh Sarmin, SE merasa optimis untuk menyelesaikannya meski harus ditinggal sementara oleh fasilitator teknik dan pemberdayaan. Dukungan dari kepala desa serta aparatur didalamnya serta kerjasama yang baik dari tim PNPM Mandiri Perdesaan yang ada di Tonggolobibi membuat pengurus OMS merasa tidak sendirian dalam bekerja.
II. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN DESA 2
2.1 PENDAHULUAN
PPIP 2010 atau Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 2010 adalah program yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan kemampuan masyarakat miskin melalui pelayanan infrastruktur perdesaan.
Tujuan program pembangunan infrastruktur perdesaan 2010 ini adalah (1) untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan; (2) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan.
PPIP 2010 memiliki sasaran utama antaran lain (1) tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan; (2) meningkatkan kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur perdesaan; (3) meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di perdesaan; dan (4) terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif, terbuka dapat dipertanggungjawabkan serta berkelanjutan.
Dalam pelaksanaannya PPIP 2010 juga menganut prinsip-prinsip sebagai berikut (1) pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah masyarakat; (2) dilaksanakan oleh masyarakat secara terbuka; (3) dapat dipertanggungjawabkan; (4) memberikan manfaat kepada masyarakat secara terbuka.
Komponen program pelaksanaan PPIP 2010 terdiri dari dua poin besar yakni (1) pengembangan masyarakat desa dan (2) membangun kesadaran serta kemandirian masyarakat dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan desanya.
Dengan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” maka olehnya kegiatan PPIP 2010 ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat desa secara partisipatif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta operasi pemeliharaan. Rangkaian kegiatan tersebut akan diorganisir oleh OMS atau Organisasi Masyarakat Setempat yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat desa. Dalam melaksanakan tahapan demi tahapan kegiatan PPIP 2010, OMS akan didampingi oleh fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik. Namun actor pelaksanaan kegiatan PPIP 2010 sesungguhnya adalah masyarakat desa mengingat proses pelaksanaan kegiatan ini akan dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola dan mandiri. Sementara hasil infrastruktur yang terbangun akan dimanfaatkan serta dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat dengan membentuk sebuah lembaga pengelola dan pemelihara atau disebut KPP (Kelompok Penerima dan Pemanfaat).
Secara singkat kegiatan pelaksanaan PPIP 2010 dapat dilakukan dengan tahapan (1) pelaksanaan PPIP 2010 pada desa sasaran adalah swakelola oleh masyarakat dan dilakukan oleh sebuah lembaga local, OMS (Organisasi Masyarakat Setempat); (2) tahap persiapan meliputi kegiatan musyawarah pembentukan OMS, Identifikasi Permasalahan Desa, Penggalian gagasan, pembuatan rencana kegiatan, penyusunan perhitungan anggaran biaya kegiatan; (3) pelaksanaan kegiatan fisik meliputi aktifitas persiapan, pelaksanaan fisik dilapangan, pengadaan material, pengadaan alat dan pengendalian tenaga kerja setempat, serta pengendalian pengeluaran dana, pelaporan dan dokumentasi kegiatan. Nilai bantuan yang diberikan pada masing-masing desa sasaran adalah sebesar Rp.250.000.000,- dengan rincian adalah Rp.245.000.000,- merupakan dana kegiatan fisik; dan Rp.5.000.000,- adalah alokasi anggaran biaya operasional kegiatan guna mendukung aktifitas OMS; (4) musyawarah desa dan laporan pertanggungjawaban kegiatan desa serta serah terima pekerjaan; (5) pengelolaan infrastruktur terbangun oleh KPP.
Program ini akan menuai sukses bila dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari semua lapisan masyarakat desa, sehingga sasaran program yang diharapkan benar-benar dapat dicapai. Peran fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik dalam program ini sangat diharapkan mampu menjadi agen percepatan program bagi OMS yang menjadi representative masyarakat desa sasaran. Akhirnya guna mengawali semua aktivitas program maka bagi semua parapihak yang terlibat baik di tingkat Pusat, Provinsi hingga desa dapat segera melakukan pembenahan niat bagi suksesnya PPIP 2010.
2.2. PROFIL DESA
a. Letak Geografis Desa
Salah satu desa sasaran PPIP 2010 berikutnya adalah desa Pangalasiang di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala. Desa ini terletak di pesisir barat Kab Donggala dengan ciri khas wilayah desa memiliki 3 pulau yang berada di sisi utara, dimana dua diantaranya didiami oleh penduduk. Di sisi selatan desa merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan total luas wilayah lebih kurang 3000 Ha. Sekilas tentang rona wilayah desa Pangalasiang dapat terlihat pada citra satelit (image) di bawah ini:
Figure 2 Desa Pangalasiang dalam image (2007)
Desa Pangalasiang terletak di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala, dengan memiliki batas wilayah sbb:
· Utara = selat Makassar
· Timur = desa Tonggolobibi
· Selatan = desa Bukit Harapan
· Barat = desa Bayang
Desa Tonggolobibi terbagi menjadi 7 (tujuh) dusun yakni:
· Dusun Ou
· Dusun Maputi (pulau)
· Dusun Munte
· Dusun Bukit Bahagia
· Dusun Siraru
· Dusun Kampung Baru
· Dusun Pangalasiang (pulau dan daratan)
b. Aksesibilitas Menuju Desa
Untuk menuju desa Pangalasiang relatif mudah yakni dengan menggunakan kendaraan angkutan darat roda dua maupun roda empat (umum dan pribadi) karena terletak di jalan poros trans Sulawesi dengan kondisi jalan aspal hotmix sampai pada dusun Ou. Untuk mencapai pusat pemerintahan desa harus masuk ke dalam melalui jalan desa sejauh ± 3 Km barulah kita mendapati kantor desa Pangalasiang. Kantor desa Pangalasiang berJarak transportasi dari ibukota kecamatan Sojol (desa Balukang) ± 37 Km; dari ibukota kabupaten Donggala ± 227 Km dan dari ibukota provinsi di Palu ± 189 Km.
Bentangan jalan aspal yang melintasi desa sepanjang 4 Km merupakan sarana perhubungan yang sangat vital bagi masyarakat setempat dan didukung oleh 3 buah jembatan besi/beton didalamnya. Bagi masyarakat yang tinggal di pulau Pangalasiang memiliki sarana transportasi pulang pergi menggunakan perahu dengan waktu tempuh kurang lebih 10-15 menit. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di pulau Maputih menuju daratan harus menempuh waktu kurang lebih 30 menit. Lamanya waktu tempuh juga sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya ombak. Dimana ombak besar biasanya terjadi saat musim hujan (September-Desember). Namun untuk saat ini musim tersebut sudah banyak berubah, sulit diprediksi lagi.
c. Data Kependudukan
Jumlah total penduduk desa Pangalasiang sebanyak 3.696 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 1.945 jiwa dan perempuan sebanyak 1.751 jiwa. Desa Pangalasiang memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak ± 858 KK.
Dari aspek pendidikan masyarakat desa Pangalasiang terdistribusi pada Table 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Distribusi Pendidikan Desa Pangalasiang
Pendidikan | Jumlah |
Tidak Tamat SD | 1400 orang |
Tamat SD | 1615 orang |
Tamat SLTP | 416 orang |
Tamat SLTA | 250 orang |
Tamat Perguruan Tinggi | 15 orang |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
Data berikutnya tentang sebaran umur penduduk Desa Pangalasiang adalah seperti pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Distribusi Tingkat Umur Penduduk Desa Pangalasiang
Tingkat Umur (tahun) | Jumlah (jiwa) |
0-1 | 171 |
2-6 | 378 |
7-12 | 427 |
13-16 | 238 |
17-25 | 621 |
26-45 | 1228 |
46-54 | 371 |
55- keatas | 217 |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
Mata pencaharian penduduk desa Pangalasiang sebagian besar adalah petani sawah dan ladang/kebun yaitu 1.597 orang dan nelayan sebanyak 225 orang serta penghasil hutan (rotan&kayu) sebanyak 125 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini;
Tabel 2.3 Distribusi Mata Pencaharian Desa Pangalasiang
Mata Pencaharian | Jumlah |
PNS | 15 orang |
Wiraswasta | 75 orang |
Tani | 1597 orang |
Nelayan | 225 orang |
Penghasil Hutan | 125 orang |
Jasa | 12 orang |
Dukun Terlatih | 6 orang |
Polisi | 1 orang |
TNI | 1 orang |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
Penduduk desa Pangalasiang sebagian besar memeluk agama Islam, urutan kedua agama Hindu dan sebagian kecil agama Kristen. Selengkapnya seperti pada Tabel 2.4 berikut;
Tabel 2.4 Distribusi Pemeluk Agama Desa Pangalasiang
Agama | Jumlah |
Islam | 3682 orang |
Hindu | 5 orang |
Kristen | 9 orang |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
d. Data Potensi Desa (Ekonomi, Sosial, Budaya)
Dari data potensi yang diperoleh dari Pemdes Pangalasiang, maka perekonomian masyarakat desa banyak di topang dari sector perkebunan (6956 ha) dan sebagian kecil persawahan (75 ha). Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2.5 Distribusi Penggunaan Lahan Desa Pangalasiang, sebagai berikut:
Tabel 2.5. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Pangalasiang
Penggunaan Lahan | Luas (Ha) |
Persawahan | 75 |
Perkebunan | 6956 |
Tambak/Empang | 3 |
Pekuburan | 0,5 |
Hutan | 6578 |
Lapangan Olah raga | 2 |
Pekarangan | 10 |
Pemukiman | 300 |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
Aspek perekonomian lainnya secara rinci dapat dijelaskan pada Tabel 2.6 berikut ini;
Tabel 2.6. Distribusi Sektor Produksi Desa Pangalasiang
Jenis Tanaman | Komoditas | Luas / Produksi |
A. Tanaman Pangan | Padi | 75 ha |
| Jagung | 25 ha |
| Kacang tanah | 2 ha |
| Kacang panjang | 1 ha |
| Ubi kayu | 20 ha |
B. Tanaman Perkebunan | Kelapa | 1612 ton/ ha |
| Cengkeh | 22 ton/ ha |
| Kakao | 26 ton/ ha |
C. Peternakan | Sapi | 440 ekor |
| Ayam | 1350 ekor |
| Kambing | 145 ekor |
E. Perikanan | Ikan Air Laut | 13 ton/thn |
| Ikan Air Tawar | - |
| Udang | - |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
Disamping itu produksi ekonomi tersebut sangat erat kaitannya dengan sarana dan prasarana yang ada di dalam desa Pangalasiang, khususnya pertanian dan nelayan. Tabel 2.7 menunjukkan data prasarana perdagangan, pertanian dan nelayan yang terdapat di desa Pangalasiang.
Tabel 2.7. Prasarana Perdagangan, Pertanian dan Nelayan Desa Pangalasiang
Jenis Prasarana | Jumlah |
Pasar Umum | 2 buah |
Toko | 6 buah |
Kios | 30 buah |
Warung | 15 buah |
Bagang | - |
Rompong | 2 unit |
Pukat | 30 set |
Jala | 2 set |
Perahu | 120 buah |
Perahu layar | 20 buah |
Perahu motor | 16 buah |
DLL | 3 buah |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
Dinamika masyarakat desa Pangalasiang dalam kehidupan sosial sangat erat kaitannya dengan prasarana sosial yang terbangun saat ini. Tabel 2.8 menjelaskan data prasarana social yang ada di dalam desa, sebagai berikut:
Tabel 2.8. Prasarana Sosial Desa Pangalasiang
Jenis Prasarana | Jumlah |
Rumah Beton | 10 buah |
Rumah Semi Permanen | 636 buah |
Rumah Papan | 189 buah |
MCK | 1 unit |
WC Perorangan | 30 buah |
Sumur Pompa/Gali | 2 buah |
TK | - |
SD | 6 buah |
SLTP | 1 buah |
SLTA | - |
Puskesmas Pembantu | 2 buah |
BKIA | 1 unit |
Mesjid/Musholla | 9 buah |
Lapangan Olahraga | 10 buah |
Tempat rekreasi | 2 buah |
Pos Hansip | 2 buah |
Polindes | 1 buah |
Kantor Desa | 1 buah |
Sumber: Pemdes Pangalasiang, 2009
e. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya)
Sesuai dengan hasil koordinasi dengan aparatur desa dan tokoh-tokoh masyarakat serta kelompok-kelompok masyarakat miskin yang ada di desa, maka permasalahan umum yang secara umum dihadapi pada 3 (tiga) aspek yakni ekonomi, sosial dan budaya dapat dijelaskan dalam Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Permasalahan Umum (Ekonomi, Sosial, Budaya) Desa Pangalasiang
Permasalahan Umum | ||
Ekonomi | Sosial | Budaya |
Infrastruktur jalan desa dan kantong produksi yg kurang memadai (rusak dan tidak tersedia). | Sarana pendidikan setingkat SLTA & SLTP yang masih sulit dijangkau oleh anak-anak desa. | Sarana informasi yang masih belum memadai, misal jaringan listrik PLN & telekomunikasi (GSM) guna mendukung transformasi budaya dan ekonomi setempat. |
Harga komoditas ekonomi masyarakat yang sangat rendah, akibat adanya pengepul di masyarakat. | Infrastruktur MCK bagi musholla dan masjid belum memadai. | Tidak terjadinya transformasi budaya dari kalangan orang tua kepada anak-anak muda di desa utk menjadi sarana pengikat dinamika pembangunan masyarakat. |
Belum adanya perangkat koperasi (TPI) di tingkat desa dalam menjaga stabilitas harga komoditas masyarakat khususnya perikanan. | Peran serta kaum muda dalam pembangunan desa selalu tersedot kepada arus perkotaan, tidak adanya kader yang menetap di desa. | Kurangnya angka tamatan sekolah SLTA di desa, menjadikan anak-anak desa blm optimal dalam mengisi pembangunan setempat. |
Sumber: Diskusi Masyarakat Desa Pangalasiang, 2010
2.3. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Jadwal Kegiatan di Tingkat Desa
Sesuai dengan hasil koordinasi dan arahan dari Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten pada hari Sabtu, 14 Agustus 2010 di kantor Konsultan 110 Hartz di Palu, maka disepakati Tabel 2.10 Jadwal Rencana Kerja sebagai berikut:
Tabel 2.10. Jadwal Rencana Kerja Fasilitator di Desa Pangalasiang
Hari/Tanggal | Lokasi | Kegiatan | PJ |
16 Agustus 2010 | Kantor Camat Sojol | Koordinasi dan penyerahan surat tugas kepada Camat Sojol. | Camat Sojol |
19 Agustus 2010 | Kantor Desa Pangalasiang | Koordinasi awal dan penyepakatan jadwal pelaksanaan sosialisasi, rembug persiapan dan musyawarah desa 1. | Kades Pangalasiang. |
20 Agustus 2010 | Kantor Desa Pangalasiang | Sosialisasi Desa dan Rembug Persiapan. | Kades Pangalasiang. |
21 Agustus 2010 | Kantor Desa Pangalasiang | Musyawarah Desa 1 dan Pembekalan OMS terbentuk untuk melakukan identifikasi masalah di tiap-tipa dusun bersama warga dusun. | Kades Pangalasiang dan OMS. |
21-24 Agustus 2010 | Desa Pangalasiang | Pendampingan OMS | Pengurus OMS |
b. Target Penyelesaian di Tingkat Desa
Hingga akhir Agustus 2010 Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dapat terbentuk dan mampu berfungsi secara baik sesuai ketentuan yang berlaku. Beberapa hal yang diharapkan dari OMS dalam waktu dekat, antara lain:
· Mampu memahami tahapan pelaksanaan PPIP 2010 secara baik (komperhensif)
· Memahami tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan program.
· Melakukan identifikasi masalah bersama fasilitator guna melengkapi tahapan awal pelaksanaan program.
1.4. PENDAMPINGAN PELAKSANAAN
a. Progress Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Desa s/d Bulan Bersangkutan
Untuk wilayah desa Pangalasiang, tim fasilitator (teknis dan pemberdayaan) telah menyelesaikan tahapan kegiatan hingga pendampingan OMS untuk identifikasi masalah di masing dusun (I-VII). Dimana sebelumnya, tim fasilitator berhasil membentuk OMS melalui mekanisme Musyawarah Desa 1. Dan telah menyelesaikan tahapan Sosialisasi dan Rembug Persiapan sesuai dengan jadwal yang ada pada Tabel 2.10.
b. Koordinasi Awal
Untuk mendukung kesuksesan program PPIP 2010 di Desa Pangalasiang, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala maka tim fasilitator melakukan koordinasi awal dengan pucuk pimpinan kecamatan yakni Camat Sojol Bpk. Drs. Sultani di Desa Balukang. Balukang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sojol menjadi target utama tim fasilitator untuk melakukan koordinasi awal program. Namun, Camat Sojol saat itu belum bisa ditemui di tempat. Hingga akhirnya surat tugas pun diterima oleh pihak secretariat kecamatan untuk dilakukan pencatatan sekaligus melampirkan brosur program PPIP 2010.
Setelah menyelesaikan fasilitasi di Desa Tonggolobibi, Tim fasilitator kemudian meluncur ke Desa Pangalasiang menghadap Kepala Desa, Bapak Arham Abd. Rasyid di rumah kediamannya di dusun Pangalasiang, Desa Pangalasiang. Koordinasi dengan pihak kepala desa mendapat sambutan yang sangat positif. Menurut beliau, program PPIP 2010 ini sudah sangat dinantikan kehadirannya di desa Pangalasiang. Kepala Desa Pangalasiang merupakan seorang mantan anggota DPRD Kab. Toli-toli yang belum genap satu tahun menjabat di desa.
Pengalaman beliau mengelola program PNPM Mandiri Perdesaan saat ini banyak menuai pelajaran berarti dalam menentukan personil OMS nantinya. Menurut beliau, efektifitas OMS sangat dipengaruhi oleh kapasitas orang didalamnya.
Koordinasi awal bersama kepala desa diawali dengan penyerahan surat tugas fasilitator, kemudian membahas kebutuhan sosialsiasi dan musyawarah desa 1. Keberadaan sekretaris desa agaknya tidak berpengaruh terhadap rencana beliau membuat undangan sosialisasi dan musyawarah desa 1. Sekretaris desa bertempat tinggal di dusun lain (dusun Ou) yang jaraknya lebih dari 3 Km.
Undangan pun segera ditulis kepada sebagian besar wakil-wakil dusun dari mulai dusun I hingga dusun VII; Badan Perwakilan Desa; LMD; tokoh-tokoh masyarakat; dan tak lupa menginstruksikan untuk mengundang perwakilan perempuan didalamnya. Undangan disebarkan sebanyak 50 orang dan melampirkan brosur program didalamnya.
c. Sosialisasi
Pelaksanaan sosisalisasi PPIP 2010 desa Pangalasiang dilakukan di kantor desa pada 20 Agustus 2010 pada siang hingga sore hari. Dihadiri oleh kurang lebih 30 orang. Kehadiran peserta ini disebabkan oleh situasi desa saat ini sedang musim tanam padi di sawah ditambah dengan situasi warga yang sedang menunaikan ibadah puasa. Namun, hal tersebut tidak membuat surut niat tim fasilitator dan kepala desa untuk menyampaikan banyak hal tentang PPIP 2010.
Pembukaan rapat sosialisasi disampaikan oleh bapak kepala desa Pangalasiang sekaligus memimpin rapat. Tim fasilitator menempatkan diri selaku narasumber bagi penjelasan tahapan program, apa dan bagaimana PPIP 2010. Poin swakelola program dengan prinsip dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat menjadikan program ini disambut dengan antusias warga peserta rapat saat itu.
Penandatangan Pakta Integritas yang menjadi salah satu poin penting dalam pelaksanaan Sosialisasi Desa di Pangalasiang. Sebelum ditandatangani oleh parapihak maka tim fasilitator selaku narasumber membacakan maksud dan tujuan dari poin-poin Pakta Integritas tersebut kepada peserta sosialisasi. Beberapa diantara peserta merasa optimis dengan program ini karena adanya penandatanganan Pakta Integritas ini. Diawali oleh Kepala Desa Pangalasiang menandatangani Pakta Integritas untuk program PPIP 2010 dan dilanjutkan dengan perwakilan BPD dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dalam penandatanganan tersebut, kolom pejabat camat akan ditandatangani menyusul saat nanti OMS terbentuk menghadap ke Camat Sojol di Balukang. Sosialisasi desa Pangalasiang pun tidak dapat dihadiri oleh Camat Sojol.
Tahapan sosialisasi kali ini menghasilkan pemahaman yang baik kepada para peserta yang hadir terhadap tahapan proses program; keterlibatan masyarakat desa dalam program; tugas dan fungsi OMS; jenis-jenis infrastruktur yang diperbolehkan oleh program. Hal tersebut disampaikan oleh narasumber dalam hal ini tim fasilitator (teknik dan pemberdayaan) dengan banyak menekankan persoalan Swakelola oleh masyarakat setempat.
d. Rembug Persiapan
Kegiatan ini merupakan tahapan selanjutnya setelah Sosialisasi Desa yang kemudian dirangkaikan setelah peserta selesai menunaikan buka puasa pada hari itu juga. Rembug persiapan ini dihadiri oleh sebagian peserta sosialisasi kurang dari 10 orang bertempat di rumah kepala desa.
Beberapa kandidat disiapkan oleh kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat untuk menawarkan nama-nama yang akan ditetapkan sebagai OMS. Kriteria dan persyaratan telah disampaikan saat sosialisasi desa bagi wakil masyarakat yang akan duduk sebagai OMS nantinya. Syarat minimal adalah calon wajib bisa baca tulis, dan memiliki kemampuan diatas rata-rata (bila memungkinkan) untuk memudahkan pelaksanaan program.
Pada rembug persiapan ini menghasilkan sejumlah nama calon pengurus OMS desa Pangalasiang. Ada lima nama warga masyarakat yang akan terlibat ditambah dengan satu orang calon kader desa sesuai dengan petunjuk pelaksanaan PPIP 2010. Termasuk didalamnya unsur perempuan untuk memastikan adanya keterwakilan perempuan dalam OMS.
e. Musyawarah Desa I
Esok harinya pada tanggal 21 Agustus 2010, tim fasilitator bersama aparatur desa Pangalasiang melaksanakan Musyawarah Desa 1 di kantor desa setempat. Undangan yang disebarkan sekitar 50 orang dan terealisasi peserta hadir kali ini adalah sejumlah 30 orang.
Tim fasilitator sekaligus narasumber dalam pertemuan ini membacakan tugas dan fungsi OMS dalam pelaksanaan PPIP 2010. Diharapkan hal ini akan dapat diketahui bersama tentang mekanisme kerja tim OMS bersama fasilitator (teknik dan pemberdayaan) serta parapihak di desa/kecamatan/kabupaten.
Penetapan dan pemilihan pengurus OMS menggunakan mekanisme musyawarah mufakat dengan menampilkan 5 nama warga desa Pangalasiang yang telah diusulkan sebelumnya. Hadirin peserta rapat setuju atas wakil-wakil yang ditawarkan. Selanjutnya, mereka melakukan pemilihan ketua; sekretaris dan bendahara. Dan menyepakati nama-nama pengurus inti OMS Desa Pangalasiang, sebagai berikut:
· Ketua = Adnan
· Sekretaris = Mersilia
· Bendahara = Mery
· Anggota = Abd. Wahab; Abd. Razak
· Kader Desa = Warip
Selanjutnya, surat keputusan pembentukan OMS desa Pangalasiang pun ditandatangani oleh Kepala Desa, yakni Bpk. Arham Abd Rasyid. Tim fasilitator kemudian mengantar diskusi untuk menyusun dan menyepakati rencana tindak lanjut bagi OMS terbentuk. Rencana tindak lanjut pengurus OMS Desa Pangalasiang, sbb:
Kegiatan | Lokasi | Waktu | PJ | Kebutuhan |
Menyiapkan secretariat dan papan informasi program | Dusun Pangalasiang | 21-23 Agt | Ketua OMS | Papan tripleks, ATK |
Melakukan rapat koordinasi dengan fasilitator (rutin) | Secretariat OMS | 23-24 Agt | Ketua OMS | Buku Petunjuk Pelaksanaan PPIP 2010 |
Melakukan pendataan warga miskin (data sekunder), dan identifikasi masalah tiap dusun. | Kantor Desa | 19-25 Agt | Ketua OMS dan Kader Desa | ATK, Undangan wakil-wakil dusun. |
f. Identifikasi Permasalahan
Kegiatan identifikasi permasalahan akan dilakukan secara parallel dengan kegiatan awal di Desa Pangalasiang. Tim fasilitator menyiapkan strategi untuk pembekalan tim OMS yang akan bekerja melakukan identifikasi permasalahan. Diantaranya OMS melakukan koordinasi dengan fasilitator PNPM Mandiri desa Pangalasiang guna mendapatkan data hasil-hasil pengkajian desa sebelumnya. Serta menyiapkan data warga miskin (Pra KS dan KS1) yang dibantu oleh pihak pemerintah desa.
Pendampingan terhadap hal ini dilakukan oleh fasilitator pemberdayaan dan teknik guna memastikan format yang diperlukan dalam tahap identifikasi ini dapat terisi dengan baik. Data tersebut akan menjadi bahan diskusi dalam Musyawarah Desa II (Penyusunan Draft PJM) guna menentukan usulan-usulan masyarakat dalam program PPIP 2010.
Hasil sementara dalam usulan yang saat ini muncul dari diskusi informal dan juga dalam Sosialisasi maupun Musyawarah Desa I, beberapa poin usulan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat sebenarnya sudah mulai teridentifikasi diantara:
· Pembuatan dermaga kapal rakyat di dusun Pangalasiang.
· Pembuatan talud pemecah gelombang di pantai sisi utara pulau Pangalasiang sejauh 500 meter.
---000---
0 comments:
Post a Comment