Meniti karir yang sangat penjang kurang lebih 10 tahun di lembaga non pemerintah telah membuat pola berpikir seseorang menjadi sbh pola tersendiri dalam membentuk pribadinya. Tak kalah seru adalah ketika hal itu kemudian dalam 1,5 tahun mengalami stagnasi menjadikannya sesuatu yang sangat menyakitkan. Pola itu pun berubah menjadi sesuatu yang sangat terbalik, katanya sih lebih negatif dan selalu negatif karena telah ditanggapinya dengan sangat JUJUR.
Bicara jujur, maka disini akan disodorkan teori sebab akiba kenapa kemudian menjadi sesuatu yang tidak jujur itu terjadi. MEnukil Az Zamakhsyari dalam sebuah syairnya berkata:
"Malam2ku untuk merajut ilmu yang bisa dipetik, menjauhi wanita elok dan harumnya leher. Aku mondar mandir unuk menyelesaikan masalah sulit, lebih menggoda dan manis dari berkepi betis nan panjang. Bunyi penaku yang menari diatas kertas-kertas, lebih manis daripada berada di belaian wanita dan kekasih. Bagiku lebih indah melemparkan pasir ke atas kertas daripada gadis-gadis yang menabuh dentum rebana. Hai orang2 yg berusaha mencapai kedudukanku lwt angannya. Sungguh jauh jarak antara orang yang diam dan yang lain, naik. Apakah aku yang tidak tidur selama dua purnama dan engkau tidur nyenyak, setelah itu engkau ingin menyamai derajatku."
Kembali kepada diri dan hati katanya, semua hal akan menjadi murni dan teladan. Satu setengah tahun ini dirinya ingin menjadi seseorang yg telah hilang kasih dan sayangnya dg satu alasan, tekanan jiwa akibat post power syndrom.
PEmalingan peran kepada perempuan lain dalam bercinta danberkasih asmara pun terjadi, hingga diketahui oleh sang kekasih untuk mengakui dan memaafkannya. Kata maaf ternyata belum mampu untuk dapat menghapus dosa2nya. Sekarang dia sedang dalam taraf yang memprihatinkan, tidak ada lagi kasih dan cinta serta sayang karena masih dibenaknya rasa kecewa yang amat sangat. Keduanya sedang merasakan itu semua.
Pihak ketiga lainnya, dia tdk mau mengakuinya untuk menjadi sesuatu ini berlarut2. Tapi analisisnya telah menunjuk adanya kekeliruan yang amat sangat. Barometernya adalah dasar-dasar agamanya yang blm terlalu kokok karena pernah ditinggalkannya. PErtanyaannya adalah barometer siapa lagi yang bisa mengajaknya untuk kembali kepada kebenaran. Tapi lagi2 hatinya sedang tidak baik lagi penuh kecewa dan duka.
Ilmu yang disebutnya adalah Raja Sukma menjadikannya sesuatu itu telah membutakannya. Namun ini belum diakuinya karena semua itu dia merasa masih dalam tahapan kebenaran yang hakiki. Wallohu alam bi showab.
Bukan dukun, bukan juga ahli pengobat. Tapi barometer kemanusiaany yang mungkin kebetulan diijabahi oleh NYA membuatnya sangat yakin akan kelakuan dan perangainya. Pengakuan2 tsb sangat jelas didengar oleh dia.
"Kala seseorang jelata dalam kesengsaraannya,
ringan baginya untuk mendaki gundukan lumpur "
SEnyum di pagi hari sangat sulit untuk merekah, keberkahan atas nikmat2NYA begitu tipis didada dan hatinya. Subhanalloh....!! Doa apa lagi yang mampu mendekatkan dirinya dan DIA Yang Maha Mendengar.
Ini merupakan isyara bahwa kesedihan hanya akan tersapu bersih dari seseorang tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan nasib kedengkian yang tak akan benar2 musnah kecuali setelah manusia masuk surga. Wallohu mustaan.